Alhamdulillah akhirnya saya bisa memposting
tentang Sikap Pemaaf, sebenarnya ini Request dari sahabat
sekaligus orang yang saya. sayang (hehehehe....kaya lagu aja pake Request)
semoga bisa memberi manfaat, apabila masih kurang berkenan tolong saya
dimaafin
Makna memberi
maaf sebenarnya adalah seseorang mempunyai hak, tapi orang tersebut
melepaskan haknya, yaitu tidak menuntut qishash atasnya tidak
juga menuntut denda kepadanya, maka tidak salah jika memaafkan adalah
sifat luhur yang dimiliki oleh seorang muslim yang benar bertakwa dan
menerapkan petunjuk agamanya, banyak nash-nash yang menganjurkan manusia
menghiasi dirinya dengan sifat pemaaf yang merupakan sikap ideal bagi
umat Islam, nash-nash tersebut mengkategorikan si pemaaf sebagai orang
baik dan beruntung karena mendapat ridhanya
Allah Subhanahu wa Ta'ala, seperti dalam firman-Nya"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran: 134)
Dengan memaafkan berarti kita telah mampu menahan
rasa amarah, bahkan terbebas dari rasa dengki maupun iri hati, yang
merupakan cerminan dari kebeningan hati dan jiwanya dan paling utama
adalah mereka mendapat kecintaan dan keridhaan-Nya, dengan memaafkan
pula berarti kita telah melepaskan beban yang ada pada diri serta
menyerahkan sepenuhnya kepada kekuatan yang maha dahsyat dari Allah Azza
wa Jalla
Tidak mudah memang jadi seorang yang memiliki
sikap pemaaf, karena sikap pemaaf dan toleransi merupakan tingkatan yang
sangat tinggi yang tidak bisa dicapai kecuali orang yang membuka
hatinya untuk menerima petunjuk Islam serta menghiasi jiwanya dengan
akhlak Islam, mereka itulah yang selalu memohon ampunan, pahala dan
kemuliaan dari Allah Azza wa Jalla.
Sungguh indah cara yang digunakan Al Qur’an
dalam mengapresiasi dan mengangkat jiwa kemanusiaan ketingkat yang
tinggi, Al Quran menetapkan bahwa orang-orang yang didzalimi
boleh membela diri dan membalas dengan balasan atas kejahatan serupa,
tetapi Al Quran tidak membiarkan kebencian dan balas dendam
menguasai jiwa manusia tetapi sikap kelembutanlah lebih diutamakan, yang
akan membawa pada sikap memaafkan dan toleransi, Allah Subhana wa
Ta’ala berfirman:
“Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS. Asy-Syuura: 39-43)
Kejahatan apabila disikapi ataupun dibalas dengan
kejahatan akan menyulut api permusuhan serta kedengkian yang akan
bermuara pada dendam kesumat dan kebencian yang mendalam tetapi
sebaliknya jika kejahatan dibalas dengan kebaikan berarti telah mampu
memadamkan kobaran api permusuhan, kebencian dan rasa dengki, serta
merubah sikap permusuhan menjadi persahabatan dan persaudaraan yang
dipenuhi dengan senyum keceriaan, merubah rasa emosi menjadi kesabaran
dan cinta kasih, itulah akhlak seorang mukmin sejati dalam masyarakat
muslim selalu menahan amarah, mengendalikan emosi, memberikan maaf serta
bersikap toleran antar sesama
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS. Fushshilat: 34)
"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh” (QS. Al-A’raf: 199)
Akhlak seperti ini adalah ciri-ciri akhlak Rabbani
yang mencakup secara keseluruhan dimana kejahatan bukan dibalas dengan
kejahatan melainkan dibalas dengan akhlak karimah berupa pemaafan dan
kebaikan
Sifat pemaaf Rasulullah telah mengakar kuat
didalam diri beliau yang mulia.
Ada sebuah
cerita ketika seorang wanita yahudi menghadiahkan daging kambing beracun
kepada Rasulullah, kemudian beliau makan sedikit yang diikuti oleh
sebagian sahabat, kemudan Rasulullah berkata pada para sahabat
“Hentikanlah, jangan
makan daging ini beracun” kata Rasulullah kepada para Sahabat,
selanjutnya wanita yahudi tersebut dibawa kehadapan Rasulullah.
“apa yang menyebabkan
kamu berbuat seperti ini?” Tanya Rasulullah
“Aku ingin tahu, jika
engkau seorang Nabi, kami akan tenang dari gangguanmu.” Jawab wanita
Yahudi itu.
“bukankah kita harus
membunuhnya?” Seru para sahabat
“Tidak!”, jawab Rasulullah, maka
wanita tersebut dibebaskan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
telah menanamkan kedalam diri kaum muslim sifat pemaaf dan toleran,
meskipun diperlakukan jahat dan didzalimi, itulah sikap utama yang
dimiliki Rasulullah, terbukti cara tersebut menjadi media yang ampuh
dalam berdakwah, Rasulullah mengetahui bahwa orang-orang akan lebih bisa
menerima dakwahnya dengan kelembutan dan toleransi bukan dengan cara
kekerasan, kekasaran dan intimidasi.
Sebagai penutup saya ingin sampaikan bahwa Allah Azza
wa Jalla Maha Pengampun dan Maha Pemaaf, maka tidak ada alasan bagii SAYA untuk tidak memaafkan orang-orang yang berbuat dzalim pada SAYA
semoga SAYA tetap rendah hati menyadari bahwa manusia tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan maka sikap saling memaafkan adalah sikap yang
luhur yang dianjurkan di Islam
Wassalamu'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar