Namun anehnya,
justru debar itulah yang menuntunku untuk selalu menatap ke arahnya.
Merasa sangat sayang bila sejenak tidak memperhatikan setiap polah
tingkahnya.
Aku
bahkan bertanya kepada Tuhanku,
“Ya
Allah, Tuhan pemilik cinta dan kasih, apakah arti dari debar ini ?
Bukankah Engkau tahu, akan lebih mudah bagiku, bila aku pernah merasakan
sebelumnya. Tidak seperti saat ini. Ya Allah, Tuhan yang selalu
mencintai hamba-Nya, apakah yang sebenarnya ingin Engkau tunjukkan
kepadaku ?”
Mengertikah
dia ? Ketika aku tidak sanggup berlama-lama tidak menatapnya. Tidak
juga sanggup sekejap pun, berpaling darinya. Kalbuku tersiksa dan
meronta. Jiwaku berteriak. Seolah ada segumpal rindu yang mengendap di
dalam kalbu. Kepada dia yang membuatku demikian sibuk dengan debaran
halus itu.
Dalam
senyum keheningan, aku menghibur hatiku.
Kasih, apakah engkau menyadari satu hal ?
Bahwa pijaran lembut di hatimulah yang memaksa hatiku berdebar halus
melalui tatapan bening milikmu. Sebuah debaran halus diantara sekian
banyak deburan rindu.
Sayang, aku ingin engkau mengetahui doaku kepada Tuhanku,
”Ya Allah, Tuhan pemilik hati setiap manusia
dan yang berhak membolak-balikkan hati manusia. Biarkanlah aku
tenggelam dalam limpahan kasih sayang-Mu. Biarkanlah kurasakan
dahsyatnya debaran halus diantara deburan rindu yang membuncah. Dengan
segenap hati, aku memohon. Sentuhkanlah hati ini dengan pijar lembut
itu. Ya Allah, dengan segala kasih dan ridlo-Mu, melalui bening
tatapannya,
iZinkan aku melihat bintang di hatinya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar