Rabu, 20 Februari 2013

Konsultasi Pembuatan TUGAS AKHIR / SKRIPSI / TESIS............







Bagi Sahabat yang lagi kebingungan dalam mengerjakan Tugas Akhir(TA), Skripsi, Tesis, Makalah, dll.

Anda dapat berkomunikasi dengan saya. Karena saya memahami akan kesibukan anda di lain tugas yang anda peroleh. 
 
Anda pasti banyak kesibukan lain atau mungkin Anda juga kebingungan dalam mengerjakan Tugas tersebut, sehingga Anda butuh seorang untuk Konsultasi...

KONSULTASI ini sebenarnya hanya untuk memperdalam ilmu yang sudah saya dapat dengan didasari oleh hadist diatas.

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW. bersabda, “barang siapa yang berniat untuk berbuat kebaikan tetapi tidak jadi mengerjakannya, maka akan dituliskan untuknya 1 kebaikan (pahala) yang sempurna, jika dia benar-benar mengerjakannya, maka Allah akan menuliskan untuknya 10 hingga 700 kebaikan, bahkan boleh lebih banyak lagi. Sesiapa yang berniat untuk berbuat kejahatan tetapi tidak jadi mengerjakannya, maka akan dituliskan untuknya 1 kebaikan yang sempurna, jika dia benar-benar mengerjakannya, maka Allah akan menuliskan 1 keburukan (dosa) untuknya.” (HR Bukhari & Muslim)



Disiplin Ilmu Yang dapat Dikerjakan :


T.A / Skripsi
1. Skripsi Ilmu Ekonomi
2. Skripsi Ilmu Sosial
3. Skripsi Ilmu Pendidikan
5. Skripsi Ilmu Komunikasi


Tesis
1. tesis Ilmu Ekonomi
2. tesis Ilmu Sosial
3. tesis Ilmu Pendidikan
5. tesis Ilmu Komunikasi
 



Jika Sahabat tertarik dengan Konsultasi ini dapat segera menghubungi:
Hp.  0896 30340878 (no. sms)
 
 
Suatu Anugerah yang teindah jika saya bisa membantu sahabat semua........
 
Salam..................


Pemaaf..................



Alhamdulillah akhirnya saya bisa memposting tentang Sikap Pemaaf, sebenarnya ini Request dari sahabat sekaligus orang yang  saya. sayang (hehehehe....kaya lagu aja pake Request) semoga bisa memberi manfaat, apabila masih kurang berkenan tolong saya dimaafin

Makna memberi maaf sebenarnya adalah seseorang mempunyai hak, tapi orang tersebut melepaskan haknya, yaitu tidak menuntut qishash atasnya tidak juga menuntut denda kepadanya, maka tidak salah jika memaafkan adalah sifat luhur yang dimiliki oleh seorang muslim yang benar bertakwa dan menerapkan petunjuk agamanya, banyak nash-nash yang menganjurkan manusia menghiasi dirinya dengan sifat pemaaf yang merupakan sikap ideal bagi umat Islam, nash-nash tersebut mengkategorikan si pemaaf sebagai orang baik dan beruntung karena mendapat ridhanya

Allah Subhanahu wa Ta'ala, seperti dalam firman-Nya
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran: 134)

Dengan memaafkan berarti kita telah mampu menahan rasa amarah, bahkan terbebas dari rasa dengki maupun iri hati, yang merupakan cerminan dari kebeningan hati dan jiwanya dan paling utama adalah mereka mendapat kecintaan dan keridhaan-Nya, dengan memaafkan pula berarti kita telah melepaskan beban yang ada pada diri serta menyerahkan sepenuhnya kepada kekuatan yang maha dahsyat dari Allah Azza wa Jalla

Tidak mudah memang jadi seorang yang memiliki sikap pemaaf, karena sikap pemaaf dan toleransi merupakan tingkatan yang sangat tinggi yang tidak bisa dicapai kecuali orang yang membuka hatinya untuk menerima petunjuk Islam serta menghiasi jiwanya dengan akhlak Islam, mereka itulah yang selalu memohon ampunan, pahala dan kemuliaan dari Allah Azza wa Jalla.

Sungguh indah cara yang digunakan Al Qur’an dalam mengapresiasi dan mengangkat jiwa kemanusiaan ketingkat yang tinggi, Al Quran menetapkan bahwa orang-orang yang didzalimi boleh membela diri dan membalas dengan balasan atas kejahatan serupa, tetapi Al Quran tidak membiarkan kebencian dan balas dendam menguasai jiwa manusia tetapi sikap kelembutanlah lebih diutamakan, yang akan membawa pada sikap memaafkan dan toleransi, Allah Subhana wa Ta’ala berfirman:

“Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS. Asy-Syuura: 39-43)

Kejahatan apabila disikapi ataupun dibalas dengan kejahatan akan menyulut api permusuhan serta kedengkian yang akan bermuara pada dendam kesumat dan kebencian yang mendalam tetapi sebaliknya jika kejahatan dibalas dengan kebaikan berarti telah mampu memadamkan kobaran api permusuhan, kebencian dan rasa dengki, serta merubah sikap permusuhan menjadi persahabatan dan persaudaraan yang dipenuhi dengan senyum keceriaan, merubah rasa emosi menjadi kesabaran dan cinta kasih, itulah akhlak seorang mukmin sejati dalam masyarakat muslim selalu menahan amarah, mengendalikan emosi, memberikan maaf serta bersikap toleran antar sesama

Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS. Fushshilat: 34)

"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh” (QS. Al-A’raf: 199)

Akhlak seperti ini adalah ciri-ciri akhlak Rabbani yang mencakup secara keseluruhan dimana kejahatan bukan dibalas dengan kejahatan melainkan dibalas dengan akhlak karimah berupa pemaafan dan kebaikan

Sifat pemaaf Rasulullah telah mengakar kuat didalam diri beliau yang mulia.
Ada sebuah cerita ketika seorang wanita yahudi menghadiahkan daging kambing beracun kepada Rasulullah, kemudian beliau makan sedikit yang diikuti oleh sebagian sahabat, kemudan Rasulullah berkata pada para sahabat  


“Hentikanlah, jangan makan daging ini beracun” kata Rasulullah kepada para Sahabat, selanjutnya wanita yahudi tersebut dibawa kehadapan Rasulullah.
“apa yang menyebabkan kamu berbuat seperti ini?” Tanya Rasulullah  
“Aku ingin tahu, jika engkau seorang Nabi, kami akan tenang dari gangguanmu.” Jawab wanita Yahudi itu.
“bukankah kita harus membunuhnya?” Seru para sahabat
“Tidak!”, jawab Rasulullah, maka wanita tersebut dibebaskan.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  telah menanamkan kedalam diri kaum muslim sifat pemaaf dan toleran, meskipun diperlakukan jahat dan didzalimi, itulah sikap utama yang dimiliki Rasulullah, terbukti cara tersebut menjadi media yang ampuh dalam berdakwah, Rasulullah mengetahui bahwa orang-orang akan lebih bisa menerima dakwahnya dengan kelembutan dan toleransi bukan dengan cara kekerasan, kekasaran dan intimidasi.

Sebagai penutup saya ingin sampaikan bahwa Allah Azza wa Jalla Maha Pengampun dan Maha Pemaaf, maka tidak ada alasan bagii SAYA untuk tidak memaafkan orang-orang yang berbuat dzalim pada SAYA semoga SAYA tetap rendah hati menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan maka sikap saling memaafkan adalah sikap yang luhur yang dianjurkan di Islam

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

R

Senin, 18 Februari 2013

Prak. Kewirausahaan (Kumpulan Soal UAS)



Pelajarilah bahan-bahan atau tugas-tugas yang ada di KUJAJAL dan Proposal yang pernah anda buat.  (Semuanya untuk bahan Ujian Akhir Semester).        salam.

Kamis, 14 Februari 2013

Silaturahim....................





Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Sebagaimana Firman Allah SWT dan Sabda Rasulullah SAW:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An Nisaa : 1).
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka (QS Muhammad (47):22-23).
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al Hujuraat : 10).
Barangsiapa yang suka dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya, maka sambunglah silaturahim (HR. Bukhari).
“Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga” (HR. Bukhari).
“Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi).
Mempererat tali silaturahmi memiliki banyak manfaat bagi umat Islam, diantaranya:
  1. Mendapatkan ridho dari Allah SWT.
  2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia.
  3. Disenangi oleh manusia.
  4. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama.
  5. Meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan.
  6. Mempererat tali persaudaraan.
  7. Mempererat tali persahabatan.
  8. Menambah pahala setelah kematiannya. Dalam hal ini kebaikan manusia yang senang bersilaturahmi, akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.
Semoga dengan sedikit informasi di atas, semakin menambah kesempurnaan Kita dalam mempererat tali silaturahmi di Bulan Ramadhan yang suci ini.

Rabu, 13 Februari 2013

Hikmah Kegagalan.................




 
“Katakanlah: Maha Suci Engkau, tiada ilmu (pengetahuan) bagi kami melainkan apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”[2: 32]

Tiap apa yang berlaku adalah ketentuan dariNya. Baik atau buruk, disukai atau tidak itu semua empunya kehendak Sang Pencipta manusia yang Kuasa. Yang hanya mampu kita lakukan adalah berusaha dengan seupaya yang mungkin. Dan setiap apa yang berlaku jua punyai hikmah yang tersembunyi di baliknya samada kita tahu atau tidak itu jua termasuk dalam pengetahuanNya. Jadi usahlah berduka dan berputus asa. Selagi mana kemampuan ada dalam diri selagi itu kita harus berusaha untuk melakukan yang terbaik. Inilah kata-kata pendahuluan yang sy berikan ini.

Segala apa yang berlaku diharapkan dapat diambil pengajaran darinya. Bicara soal kegagalan bukanlah masalah kita perseorangan tetapi kebanyakan di antara kita. Bahkan apa yang dialami oleh umat Islam kini jua merupakan satu bentuk kegagalan, kegagalan dalam erti kata belum dapat menegakkan semula sistem Islam secara kaffah di muka bumi ini. Inilah realiti yang harus diterima. Sekiranya kita gagal hari ini kita kena pastikan dengan berusaha sedaya mungkin untuk memastikan kejayaan di masa depan. Mungkin dengan kegagalan ini Allah ingin menguji sejauh mana kesabaran dan kesungguhan kita dalam menghadapi kehidupan di dunia. Kegagalan bukanlah bermakna kita ini atau kurang mampu. Mungkin kita lemah dari satu aspek dan mungkin kita lebih dalam aspek yang lain. Jadi gunakanlah aspek yang lain ini untuk membantu aspek yang lemah ini. Carilah perkaitan di antaranya . Moga teman-teman memahami akan maksud ana. Masalah adalah tangga pertama bagi kejayaan dan tiada kejayaan tanpa adanya masalah kerana kejayaan itu ialah dapat menyelesaikan masalah.


 Kegagalan yang mendatang ini seharusnya dijadikan satu siri tauladan buat perjuangan yang bakal dihadapi. Muhasabahlah diri, carilah kelemahan diri dan kesilapan yang telah kita lakukan. Koreksilah ia semoga ianya dapat memberikan kita sedikit motivasi untuk perjuangan hari ini. Buatlah penambahbaikkan di atas segala kelemahan yang ada. Mungkin sebelum ini kita banyak meluangkan masa dengan benda yang kurang bermanfaat. Atau mungkin sebelum ini kita lalai dengan bebanan luar yang diberikan sehinggakan terasa tidak punyai waktu yang cukup. Kiranya ini masalahnya, kikiskanlah ia dari kehidupan kita kerana jalan perjuangan ini masih terlalu jauh dan entah bilakan sampai ke destinasinya.  Ingatlah tidak seorangpun di dunia ini sempurna. Jadi cubalah sedaya upaya untuk meghampiri kesempurnaan. Harus disedari juga akan adanya Yang Maha Sempurna yakni Allah. Dialah yang berkuasa di atas segalanya. Mungkin selama ini kita telah melupakanNya dan telah gagal dalam mencari hubunganNya dalam kehidupan seharian kita. Ya...mungkin kita leka dengan apa yang ada sehinggakan kita tak berkesempatan untuk memohon bantuan dariNya. Pintalah bantuan dan petunjuk dariNya kerana Dialah Yang Maha Pemurah. Moga kita diberikan kejayaan sebenar buat siri kita dan umat Islam amnya.  Luangkanlah sedikit masa untuk bertemu denganNya di kala hati bercelaru dek cubaan yang mendatang.


Itulah sedikit bicara yang dapat kususunkan buat ingatan diri ini dan semoga ianya juga sedikit sebanyak memberi manfaat buat kita. Sebarang masalah sila berhubung dengan ana. InsyaAllah sekiranya dapat membantu. Dan sebelum mengakhir bicara ini harapnya segala kesilapan dapat dibetulkan. Semoga usaha sedikit ini memberikan saham buat kita di sana kelak. Dan tiadalah yang lebih pedih ana rasakan di dunia ini melainkan melihat saudara/saudari disakiti, dihina, dianiayai, diseksa, dibunuh, dipermainkan dan ditipu oleh musuh Islam. Nah, jesteru dari kondisi inilah tekad tertanam untuk melihat Islam kembali semula kepersada dunia yang fana ini dan ku menginginkan melihat saudara-saudari ku semua hidup di bawah naungan Islam secara kaffah di mana kehidupan di saat itu penuh keharmonian, kesejahteraan dan kebahagian serta mendapat rahmat dariNya. Dan saat itu jualah akan kita saksikan umat Islam bersama non-muslim yang turut bernaung di bawah panji Islam mendapat keadilan yang seharusnya. Semoga Allah membantu. 

Amin 

Senin, 11 Februari 2013

Al Amin ........................

Al Amin


 
 Kita hafal betul, betapa baginda Muhammad saw sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul, terlebih dahulu tampil sebagai Al Amin. Sosok manusia yang tidak saja dikenal dan ditauladani kita semua, tetapi juga tak kurang para cendekiawan nonmuslim terpesona oleh keagungan ahlak beliau. Begitu terpesonanya, sehingga Glyn Leonard, menulisnya sebagai Manusia Agung (The Greatest Man) yang dilahirkan untuk kemanusiaan. Dan keagungan ahlak beliau bertumpu pada sikapnya yang senantiasa berpihak pada kebenaran dan kejujuran.

Michael H Hart, seorang sejarawan Amerika, setelah melalui riset yang mendalam kemudian tanpa ragu sedikit pun menempatkan Muhammad nomor satu di atas tokoh lainnya di dunia, dan memberikan komentar: ''A Striking example of this is may ranking Muhammad higher than others, in large part, because of my believe that Muhammad had a much greater personal influence on the formulation of The Moslem.... (The Hundreds, A Ranking of the most influential Person in Hostory, New York, 1978).

Glyn Leonard dan Michael H Hart, sepakat bahwa keagungan Rasulullah saw karena pengaruh ahlaknya yang luar biasa. Jujur pada dirinya sendiri, jujur pada manusia dan terlebih, Muhammad jujur pada Tuhannya (and above all true to his God).

Tetapi tidakkah kita merasa pedih dan sembilu, ketika di sekitar kita bahkan pada diri kita sendiri, pesona kejujuran telah memudar, lentera kebenaran telah memudar dan kusam. Sehingga, tanpa merasa berdosa kita sering berbohong dengan memainkan kata-kata banci dan pengecut, walau berlindung dibalik alasan memperhalus bahasa.

Pelacuran kita ganti dengan wanita tuna susila atau WTS. Kenaikan harga diganti penyesuaian. Korupsi dan kolusi disebut kesalahan prosedur dan birokrasi. Sogok dan suap berubah kata menjadi uang pelicin. Masya Allah! Kita sadar, bahwa manusia hanya mungkin mampu memanusiakan dirinya sendiri, ketika ia mampu berbuat jujur pada nuraninya. Lantas, apakah masih pantas kita menampakkan wajah kemanusiaan kita di hadapan Allah, jika sedikit pun tidak merasa berdosa ketika mengkhianati atau berbuat tidak jujur pada diri sendiri, ataukah memang seperti yang diprediksi Allah swt, bahwa kelak banyak manusia penghuni neraka yang lebih hina dari binatang ternak? yaitu mereka yang telah menutup mata, telinga dan nuraninya dari kejujuran (7: 179).

Mungkin ada baiknya, sesekali kita mengingat makna ihsan yang disabdakan Rasulullah saw: ''hendaklah engkau beribadah seakan-akan melihat Allah, dan apabila engkau tak melihatnya, ketahuilah -- sesungguhnya Allah melihatmu (h.r. Muslim) 
Tetapi, kalau tetap saja berbuat tidak jujur, masih mau disogok atau menyogok, ah...
 
 
Jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, baik itu akidah, akhlak ataupun muamalah; di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.
Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi bersabda,

“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Definisi Jujur
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama berlaku juga pada pelaku bid’ah; secara lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi beliau. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
Allah berfirman,
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” (QS. al-Maidah: 119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(QS. az-Zumar: 33)
Keutamaan Jujur
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi,
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.
Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari Nabi, beliau bersabda,
“Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.”
Dalam kehidupan sehari-hari –dan ini merupakan bukti yang nyata– kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya kebahagian dunia dan akherat.
Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan merasa tentram dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa aman, apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.
Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya -dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan. Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya. Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’ mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah, baik dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali kepada Allah. Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.
Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah: 119)
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS. al-Maidah: 119)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)
“Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran, (mendatangkan) ketenangan dan kebohongan, (mendatangkan) keraguan.”
Macam-Macam Kejujuran
  1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.
  2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
  3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta. Hal ini sebagaimana firman Allah:
    “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
    “Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. at-Taubah: 75-76)
  4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin, sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, “Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah akan berfirman, ‘Inilah hambaku yang benar/jujur.’”
  5. Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat: 15)
Realisasi perkara-perkara ini membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin seseorang manggapai kedudukan ini hingga dia memahami hakikatnya secara sempurna. Setiap kedudukan (kondisi) mempunyai keadaannya sendiri-sendiri. Ada kalanya lemah, ada kalanya pula menjadi kuat. Pada waktu kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur. Dan jujur pada setiap kedudukan (kondisi) sangatlah berat. Terkadang pada kondisi tertentu dia jujur, tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya.
Khatimah
Orang yang selalu berbuat kebenaran dan kejujuran, niscaya ucapan, perbuatan, dan keadaannya selalu menunjukkan hal tersebut. Allah telah memerintahkan Nabi untuk memohon kepada-Nya agar menjadikan setiap langkahnya berada di atas kebenaran sebagaimana firman Allah,
“Dan katakanlah (wahai Muhammad), ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.” (QS. al-Isra’: 80)
Allah juga mengabarkan tentang Nabi Ibrahim yang memohon kepada-Nya untuk dijadikan buah tutur yang baik.
“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.” (QS. asy-Syu’ara’: 84)
Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Allah. Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Allah telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Allah berfirman,
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 177)
Di sini dijelaskan dengan terang bahwa kebenaran itu tampak dalam amal lahiriah dan ini merupakan kedudukan dalam Islam dan Iman. Kejujuran serta keikhlasan keduanya merupakan realisasi dari keislaman dan keamanan.
Orang yang menampakkan keislaman pada dhahir (penampilannya) terbagi menjadi dua: mukmin (orang yang beriman) dan munafik (orang munafik). Yang membedakan diantara keduanya adalah kejujuran dan kebenaran atas keyakinannya. Oleh sebab itu, Allah menyebut hakekat keimanan dan mensifatinya dengan kebenaran dan kejujuran, sebagaimana firman Allah,
“(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hasyr: 8)
Lawan dari jujur adalah dusta. Dan dusta termasuk dosa besar, sebagaimana firman Allah,
“Kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS. Ali Imran: 61)
Dusta merupakan tanda dari kemunafikan sebagaimana yang disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari, Kitab-Iman: 32)
Kedustaan akan mengantarkan kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan akan menjerumuskan ke dalam neraka. Bahaya kedustaan sangatlah besar, dan siksa yang diakibatkannya amatlah dahsyat, maka wajib bagi kita untuk selalu jujur dalam ucapan, perbuatan, dan muamalah kita. Dengan demikian jika kita senantiasa menjauhi kedustaan, niscaya kita akan mendapatkan pahala sebagai orang-orang yang jujur dan selamat dari siksa para pendusta. Waallahu A’lam.
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. az-Zumar: 32-35)

Minggu, 10 Februari 2013

Pesan Rasulullah..........(Bersikap Ramah)........






Rasulullah SAW bersabda, "Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR Thabrani dan Daruquthni, dari Jabir RA).

Hadis di atas kembali mengingatkan jati diri kemanusiaan kita agar selalu bersikap ramah dalam berinteraksi sosial di antara sesama. Suatu sikap yang dalam satu bulan terakhir ini menjadi pertanyaan kita semua, khususnya menyangkut sikap kita sebagai manusia untuk menghargai hak-hak kemanusiaan sesama.

Aksi bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Kepunton, Solo, (25/9) lalu merajalelanya korupsi di berbagai bidang dan pelbagai kerusuhan yang menjurus konflik SARA seperti kasus di Ambon beberapa waktu lalu, makin menguatkan bahwa kita mulai tidak ramah dengan nilai-nilai kemanusian dan kemajemukan. Kita mulai tidak acuh dan tak ramah dalam mengawal bumi pertiwi yang kita cinta ini.

Bila melihat hadis di atas, sangat jelas dan tegas bahwa objek yang dituju dari hadis tersebut adalah "orang beriman". Jadi, sikap keramahan itu menjadi satu hal yang mutlak harus diintegrasikan dalam diri orang yang beriman. Artinya, kualitas keimanan seseorang itu salah satunya bisa diukur dari seberapa jauh ia sebagai seorang mukmin dalam kehidupan sosialnya itu melaksanakan "keramahan" kemanusiaannya (baca menghargai dan menghormati).

Praksisnya, bila orang beriman itu hidup dalam kemajemukan, maka ia bisa menghargai dan menerima segala perbedaan. Bila ia seorang pejabat, maka ia bisa menyuarakan dan amanah pada aspirasi rakyatnya. Dan bila ia seorang pemimpin, maka ia bisa menyalurkan segala energi kepemimpinannya untuk mewujudkan kemakmuran rakyatnya.

Implementasi wujud keramahan tersebut menjadi hal paling esensial, mengingat hakikat orang beriman itu tidak hanya pandai melafalkan sumpah tertentu, akan tetapi yang lebih penting dari itu adalah wujud konkret tindakannya di masyarakat.  "Al-imanu tashdiiqun bil qalbi, wa ikrarun bil lisan, wa a'malun bil arkan" (orang beriman itu tidak hanya membenarkan dalam hati, dan mengikrarkan di lisan, tapi lebih dari itu adalah melaksanakan dalam bentuk perbuatan).

Dengan memperhatikan esensi orang beriman ini, maka  kalimat berikutnya dari hadis tersebut sangat kontekstual, bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Artinya, keberadaan kita sebagai manusia (dalam posisi apa pun) akan sangat ditentukan seberapa jauh kita bisa memberi manfaat bagi sekelilingnya. Kalau prinsip ini dijadikan pegangan utama, maka tentu tidak ada namanya anasir-anasir tindakan merendahkan kemanusiaan yang muncul di hati.

Tidak ada namanya "kezaliman struktural" manakala kita diberi amanah menjalankan kekuasaan. Tak ada namanya ketakutan akan turunnya pencitraan ketika kita senantiasa berpegang pada kebenaran. Semua tindakan akan tersubordinasikan untuk meraih tujuan hakiki orang beriman, yaitu rida Allah SWT. Semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada kita semua untuk selalu berada pada garis kebenaran-Nya, sampai kita semua menghadap-Nya dengan husnul khatimah. Amin ya Rabbal 'alamin.

Kuasai !.....Jangan Dicintai.......?




Kuasai, jangan cintai. Demi kianlah semestinya umat Islam memperlakukan dunia dan seisinya. Sebab, Islam bukan ajaran yang bersifat dikotomi. Di ma na untuk meraih rida Tuhan harus bersikap antidunia dan melulu meng isi waktu dengan ibadah ritual semata.

Justru Islam mewajibkan seluruh umatnya untuk tampil ke gelanggang, mengatur dunia (menguasai) de ngan berpedoman dan berprinsip pada aturan main Tuhan (syariah). Seperti itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.

Seperti kita ketahui dalam sejarah peradaban Islam, hampir semua sektor kehidupan dikuasai oleh umat Islam. Sebut saja sektor ekonomi, yang kini menjadi sektor utama dalam kehidupan kita. Beberapa saat setibanya di Kota Madinah, Abdurrahman bin Auf langsung menuju pasar dan berniaga di dalamnya.

Dalam beberapa tempo yang tidak begitu lama, Abdurrahman bin Auf telah menguasai pasar Madinah yang sebelumnya dikuasai oleh Yahudi. Artinya, dengan spirit iman, Abdurrahman bin Auf mampu menguasai sektor ekonomi yang dengan cara seperti itu, ia bisa berkontribusi harta dalam perjuangan jihad fisabilillah.

Akhirnya, Abdurrahman bin Auf menjadi saudagar yang sangat kaya pada zamannya. Sampai-sampai ia pernah berinfak kepada umat Islam sekitar tujuh ratus ekor unta beserta seluruh muatannya.

Namun, Abdurrahman bin Auf tidak sama dengan Tsa’la bah, yang jadi kufur karena dunia. Awalnya Tsa’labah hidup miskin, kemudian sukses dengan usaha ternak kambingnya, lalu menjadi angkuh dan sombong karena kekayaannya. Bahkan, ia berani menolak membayar zakat.

Beberapa abad sebelum Abdurrahman bin Auf, di zaman Nabi Musa hidup seorang saudagar yang sangat kaya raya, Qarun namanya. Kunci gudang harta kekayaannya saja memer lukan satu ekor unta untuk meng angkatnya.

Tetapi, Qarun bukan saudagar yang beriman, ia angkuh lagi sombong. Maka, ketika ia berbuat se perti itu dan menolak mengakui keberadaan Allah SWT yang Mahakaya, lalu mengklaim bahwa apa yang dimilikinya itu sebagai hasil murni kepandaiannya. Allah pun menenggelamkan Qarun ke dalam bumi beserta seluruh harta kekayaannya.

Dunia adalah sarana menuju akhirat. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi …” (QS 28: 77).

Jadi, Muslim yang baik adalah yang mampu menguasai dunia untuk agama dan akhiratnya. Bukan untuk diri dan keluarganya semata. Lihatlah bagaimana Rasulullah juga ahli dalam dunia bisnis dan niaga. Juga perhatikanlah bagaimana Sayidina Ali dalam perang, namun juga paling tekun dalam ibadah.

Perhatikan pula bagaimana para nabi yang lain juga ahli dalam bidang keduniaan. Nabi Daud ahli metalurgi, Nabi Nuh ahli perkapalan, Nabi Musa ahli peternakan, dan Nabi Isa ahli pengobatan serta Nabi Yusuf ahli perekonomian.

Semua ini menunjukkan bahwa umat Islam harus unggul di segala bidang dengan tetap menjadikan akhirat sebagai orientasi utama bukan dunia yang diutamakan, apalagi dikuasai untuk dicintai. Wallahu a'lam.

Marah dan Murka....................





Salah satu ciri-ciri orang yang bertakwa adalah mereka yang mampu menahan ghaizh (marah). Ini disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 134. Dalam tafsir Imam Qurthubi dijelaskan, ghoizh itu artinya hampir mirip dengan ghadhab (marah). Namun, secara rasa bahasa, ghadhab tidaklah sama persis dengan ghaizh. Ghadhab adalah marah yang diwujudkan dengan anggota tubuh seseorang. Orang yang marah dalam pengertian ghadhab, mulutnya akan mengeluarkan kata-kata keji, kadang-kadang tangannya ikut menampar, memukul, atau membanting barang-barang yang ada di sekitarnya, sementara kakinya juga ikut bertindak. Arti yang paling tepat untuk kata ghadhab dalam bahasa Indonesia adalah murka.

Adapun ghaizh adalah marah yang terjadi pada diri seseorang, namun kemarahan itu hanya bergolak di dalam hati dan tidak mewujud pada anggota tubuhnya. Paling-paling wajahnya sedikit memerah atau matanya berkilat. Sementara tangan, kaki, dan lidahnya tidak mengeluarkan tindakan keji dan merugikan orang lain. Arti yang paling tepat untuk kata ghaizh itu adalah marah.

Diceritakan dalam banyak hadis bahwa Rasulullah SAW kalau marah tidak pernah menampakkan wujud pada diri Beliau hal-hal yang menyakiti orang lain atau merendahkan harga diri sendiri. "Pernah suatu hari beberapa orang Yahudi lewat di depan rumah Nabi. Saat itu Nabi sedang bersama Aisyah ra. Orang Yahudi itu memberikan salam dengan ucapan: "Assaamualaik!"(mati kena racunlah kamu). Nabi menjawab: "Alaikum" (Atasmu juga). Serta-merta Aisyah menjawab: "Waalaikum saam wal la'nah" (kamu semua mati kena racun dan kena laknat). Saat itu Nabi menasihati Aisyah bahwa Allah menyukai kasih sayang pada tiap sesuatu." (HR Bukhari dan Muslim).

Pada suatu hari, Maimun bin Mahran ra sedang duduk di rumahnya dan bersiap-siap untuk makan dengan para tamu. Tiba-tiba, budak wanitanya terpeleset dan wajah beliau tersiram kuah sup panas. Serta-merta beliau bangkit dan hendak memukul budaknya itu. Sang budak membaca ayat Alquran: "Orang bertakwa mampu menahan marah". Maimun menjawab, "Ya, aku menahan marahku." Kemudian, sang budak melanjutkan ayat tersebut: "Dan memaafkan kesalahan orang". Maimun menjawab, "Aku memaafkanmu karena Allah." Kemudian, budak itu menutup ayat tersebut: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". Maka, Maimun berkata, "Aku membebaskanmu karena Allah."

Allah menegaskan, orang bertakwa itu adalah mereka yang mampu menahan marah. Sementara sekarang ini, banyak di antara manusia yang justru tidak mampu menahan kemurkaan. Dalam perjalanan ke kantor saja, di tengah kemacetan lalu lintas, mulut keluar kata-kata layaknya kebun binatang. Belum lagi tawuran yang merajalela dan sudah hampir menghinggapi seluruh lapisan masyarakat. Semua itu adalah wujud ketidakmampuan menahan murka.

Jika menahan murka yang merusak dan menyakiti orang lain saja belum mampu, bagaimana dapat menahan marah? Padahal, orang bertakwa tidak diminta menahan murka, tetapi justru diminta untuk menahan marah yang jauh lebih sulit melakukannya. Dengan demikian, tampaknya kedudukan kita masih jauh dari level orang bertakwa. Wallahu a'lam.

Pagi Ini...................




Hari Ini Milik KITA.....
Jika kita berada di pagi hari,
janganlah menunggu sore tiba.
Hari inilah yang akan Anda jalani, 
bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya,
dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang.


Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda,
dan siangnya menyapa Anda
inilah hari Anda. Umur Anda, mungkin tinggal hari ini.
Maka, anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dllahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga.
Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik
diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan
bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.
Pada hari ini pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian,
kepedulian dan kerja keras.

Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu', bacaan al-Qur'an yang sarat tadabbur,
dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal,
keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan,
perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan
raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.

Pada hari dimana Anda hidup saat inilah sebaiknya Anda membagi
waktu dengan bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan
setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyakbanyaknya
pada hari itu.

Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah
untuk hari itu. Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-
Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan
nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan! Terimalah
rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda
hari dengan penuh keridhaan.

INSYA ALLAH................Amiin

Jumat, 08 Februari 2013

Belajar Menerima ..............................


TAKDIR


Satu kata yang terkadang sulit untuk diterima oleh semua manusia. Itulah "TAKDIR", takdir yang berupa kesulitan dan kegagalanlah yang kadang membuat manusia menyesal.

Sesuatu yang kita tidak harapkan terjadi pada diri kita dan sesuatu yang menurut pemahaman kita tidak baik buat kita, pada saat itu sering kita lupa bahwa Allah SWT Sang Pemberi takdir dan Dia lah Sang Pencipta manusia, PASTI lebih tahu apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya. Kita lupa, Allah SWT telah berjanji, tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.

Ketika seseorang menerima takdir yang menimpa dirinya, menerima ketentuan Allah atas dirinya, ridho kepada qodho dan qodar Allah. Semua kebaikan dan keburukan dari apa yang menimpa kita, semua dari sisi Allah. Tak ada seorangpun yang dapat menghindari takdir yang telah Allah tetapkan.

Takdir merupakan proses pencapaian antara ikhtiar atau usaha manusia dengan kehendak Allah. Hidup merupakan proses yang akan terus dilalui oleh manusia. Namun ujung dari usaha dan puncak ikhtiar tidak selalu berhubungan langsung dengan kesuksesan dan keberhasilan. Ada simpul lain yang menghubungkan dengan keberhasilan, yaitu kehendak Allah.

Tidak ada satu manusiapun yang mengetahui apa yang akan terjadi di esok hari. Apa besok akan mendapatkan kesusahan atau kesedihan, Hanya Allah-lah yang Mengetahuinya.

Terkadang dengan kata ’semoga’ atau ’mudah-mudahan’ membuat kita menjadi lebih bijak dan lebih berharap positif dalam menyikapi takdir yang menimpa diri kita. Kita akan lebih bisa memaknai setiap takdir yang menimpa kita dengan: "Dibalik semua ini, pasti ada hikmahnya". Tidak larut dalam penyesalan yang mendalam, tidak larut dalam perasaan bersalah atas setiap keputusan yang diambilnya, tidak larut menyalahkan takdir, berkatalah : "Dibalik semua ini pasti ada hikmahnya."

Yakinlah bahwa setiap takdir Allah untuk kita selalu baik, apapun bentuk takdir itu. Takdir yang baik, tentu baik untuk kita. Takdir yang nampak tidak menguntungkan buat kita, ternyata ada kebaikan yang Allah ’paksakan’ untuk kita, yang tidak kita sadari saat itu. Yakinlah bahwa Allah mengetahui yang terbaik untuk kita.

Bisa jadi, takdir yang menimpa diri kita adalah buah dari apa yang pernah kita lakukan. Takdir ini bisa jadi karena dosa-dosa kecil yang kita abaikan. Jika musibah datang beruntun, kegagalan terus menghantui kita, sudah saatnya kita berkaca dan mengoreksi diri. Dosa apa yang telah kita lakukan sehingga menghalangi kita mencapai kesuksesan? Setelah itu hapuslah kotoran  itu dengan taubat dan istighfar.
”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy-Syuura : 30).

Sebelum kita melangkah dan sebelum kita menentukan pilihan, mohonlah petunjuk kepada-Nya! :
"Ya Allah, aku mohon pilihan-Mu menurut pengetahuan-Mu dan aku mohon dengan kekuasaan-Mu. sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui.

Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusanku ini baik bagiku, di dalam agamaku dan hidupku, serta baik akibatnya bagiku (di masa sekarang atau masa yang akan datang), mudahkanlah urusan ini untukku, kemudian berkahilah untukku dan apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini tidak baik, maka jauhkanlah urusan ini dariku dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan tentukanlah yang baik untukku di manapun aku berada." Amin

Berbagi Ilmu.......................



Orang yang paling tertipu didunia adalah orang yang banyak kesia-siaan dalam perkataan dan perbuatannya, tetapi merasa dirinya telah melakukan banyak kebaikan.

Banyak orang mencari ilmu, tetapi tidak mengamalkannya sehingga jiwanya tetap kering . Ada juga yang mencari harta tetapi tidak mau bersedekah sehingga jiwanya tetap fakir

Banyak ilmu sedikit amal adalah sia-sia, banyak harta sedikit sedekah adalah sia-sia. Oleh karena itu orang yang cerdas selalu menjauhi hal yang sia-sia dan melakukan hal yang manfaat.

Sesungguhnya yang membuat manusia indah adalah hatinya yang hidup, karena dia mampu mengambil nasehat dan ilmu agama sebagai akhlak dirinya hingga pribadinya indah dan terpuji.

Jangan pernah merasa diri lebih berilmu dari orang lain dan menertawakan kebodohan orang lain, karena justru ciri utama orang berilmu adalah rendah hati dan menghormati orang lain.

Orang sombong hanya mampu membicarakan kekurangan orang lain, sedangkan orang rendah hati mampu membicarakan kebaikan orang lain dan memaklumi kekurangan orang lain.

***
Rasulullah SAW telah menegaskan pentingnya mengamalkan ilmu yang telah kita miliki dengan sabdanya berikut :

"Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalannya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ia tersesat oleh ilmunya itu, dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya, sehingga ia akan mendapatkan neraka".

Disamping itu ilmu akan menjadi' rusak' bila tidak diamalkan, ilmu juga rusak bila pemiliknya merasa sombong dengan ilmunya itu; yaitu sebagaimana halnya banjir yang menghancurkan bukit yang tinggi

Salah seorang sahabat nabi yang dijuluki sebagai gerbang pintunya ilmu, yaitu saydina Ali Bin Abi Thalib, berkata : "Tiada kekayaan lebih utama daripada AKAL, TIADA KEPAPAAN LEBIH MENYEDIHKAN DARIPADA KEBODOHAN. Tiada Warisan lebih baik daripada PENDIDIKAN"

Ketika beliau ditanya mana yang lebih utama antara ilmu dengan harta, maka saydina Ali pun menjawab :

* Ilmu lebih utama daripada harta, ilmu adalah pusaka para nabi, sedangkan harta adalah pusaka Karun dan Fir'aun"

* Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu akan menjagamu sementara harta malah engkau yang harus menjaganya

* Harta itu jika engkau berikan berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau berikan semakin bertambah

* "Pemilik harta disebut dengan nama kikir dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan".

* "Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak"

* Ilmu lebih utama daripada harta, karena diakhirat nanti pemilik harta akan dihisab, sedang orang berilmu akan memperoleh syafa'at"

* Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman."

* Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya"

* Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justeru mengaku sebagai hamba karena ilmunya."

Prof Dr. Hamka dalam bukunya menulis : "Ilmu itu tiang untuk kesempurnaan akal. Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah bahagia. Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup, bertambah datanglah celaka."

Pepatah mengatakan : "Iman tanpa ilmu, sama dengan pelita ditangan bayi; sedangkan ilmu tanpa iman, bagaikan pelita ditangan pencuri."
Wallahualam

( Referensi : H.M Komarudin Chalil " Penyejuk Qolbu : Mencapai akhlak Mulia ; Ir . Permadi Alibasah ; "Sentuhan Kalbu")

Kekuatan NIAT..........


Subhanallah… Betapa Hebatnya Kekuatan NIAT bagi Seorang Muslim


——————–
Seorang yang kuanggap sebagai adik atau mungkin anak lebih tepatnya, sesekali waktu mengajakku sharing  tentang masa depan, tentang agama dan tentang kehidupan pribadinya. Entah apa yang membuatnya percaya akupun kadang tak habis pikir (hehehe…). Disaat sedang butuh masukan, terkadang dia mencariku meski hanya untuk sekedar bercerita. Akan tetapi, karena kesibukan, ada kalanya akupun tak sempat mendengar cerita utuh darinya apalagi memberinya masukan, hmm… sedikit menyesal juga rasanya

Subhanallah…sesungguhnya dalam hati aku kagum padanya, dibandingkan dengan umur, pengetahuannya tentang agama sungguh diluar dugaan. Meski sesekali aku perlu saling meluruskan pandangan masing-masing.

Pagi tadi aku mendengar cerita tetangnya dari orang lain. Dari cerita orang itu, aku baru tahu kalau ternyata anak itu adalah seorang mualaf. Betapa terkejutnya aku, dalam waktu hanya 2 tahun saja dia mampu memiliki pengetahuan yang sebegitu luasnya tentang agama yang saat ini sama-sama kami anut.

Dulu sempat terucap dari bibirnya bahwa dia berniat menjadi seorang pembela islam. Dengan pemahaman agama yang seperti itu kupikir hal yang lumrah ketika dia bercita-cita demikian.
Namun, setelah aku mendengar cerita ini, aku berfikir bukanlah hal yang mudah untuk menjadi dirinya saat ini. NIAT yang besar di dalam hatinyalah yang membuat semua itu bisa terwujud. Timbul juga sediit rasa malu dalam hatiku, aku… yang semenjak lahir sudah memeluk islam dan dia yang baru 2 tahun, astaghfirullah….
———————–

N.I.A.T.

Teringat akan potongan hadist, ….innama a’malu binniyat “…Sesungguhnya amal manusia tergantung pada niatnya….” (Rowahul Bukhori wa Muslim)
Bagi seorang muslim, dari sanalah sumber segala amal manusia dan apa yang akan dia dapatkan nantinya. Apakah amalnya hanya bernilai di dunia atau bahkan bernilai di dunia dan akhiratnya. NIAT yang baik, meski akhirnya belum bisa telaksana, Allah sudah mencatatnya sebagai sebuah kebaikan bagi orang yang telah berniat.Sungguh Allah Maha Pemurah.

Diluar sana, banyak orang berkata “segala sesuatu bermula dari sebuah mimpi, jadi jangan takut untuk bermimpi”
Namun bagi saya, cukuplah potongan hadist di atas. Cakupannya jauh lebih luas dari pada hanya sepengal kata tentang mimpi. Gampangnya, dunia dapat-akhirat juga dapat. Untung kan ?!!

Dengan sebuah NIAT yang “baik, benar, dan ikhlas”, sadar ataupun tidak Allah akan membimbing langkah kita untuk mewujudkan apa yang telah kita niatkan. Tak hanya sekali dua kali, tetapi hal itu sudah saya alami sendiri.
Jadi betapa bodohnya ketika seorang manusia berkata, “apa dayaku??? Aku miskin, aku tak punya kekuatan apapun untuk menggapai sesuatu dalam hidupku”

Haiii….Sadarlah……….!!!!!!!!!!!!!
Masih ada Allah, tidak kah kau percaya??
Sadarlah…. Kamu punya suatu kekuatan yang hebat, sesuatu yang tak perlu kau membelinya. Itulah NIAT. Ketika sudah berNIAT, Allah akan membantumu, mendorongmu dan memudahkan langkah-langkah kecilmu menuju apa yang kau harapkan akan terwujud.

Tentu saja tidak hanya cukup berNIAT, tindak lanjuti dengan usaha yang konkret sambil berdoa dan tawakal kepadaNya. Semoga bermanfaat :) :)

Kamis, 07 Februari 2013

Daftar Nilai Mahasiswa T.A. 2012/2013



Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 1 -- Ekstensi
Jurusan 2-0102 -- Manajemen
Mata Kuliah MKK16114 -- Praktikum Kewirausahaan
Dosen Penguji Rizal Rahmawan
Bobot  2 SKS









No.
Nama Mahasiswa





U T S U A S NILAI Grade
1.
 SUPRIYANTO 





80.00 80.00 80.34 A
2.
 MIAWATI KHOTIMAH 





90.00 85.00 83.28 A
3.
 NURMALA 





85.00 80.00 80.05 A
4.
 RIZQI SALAM 





90.00 83.00 83.47 A
5.
 ARDANELA OCTAVIA 





88.00 80.00 82.09 A
6.
 YUNI NOER HANDAYANI 





88.00 80.00 81.62 A
7.
 DUDUNG ALKASAH 





78.00 78.00 77.26 B
8.
 BRAMMAPTA DWI CAHYO 





78.00 77.00 78.23 B
9.
 HASAN BASRI MUROD 





80.00 75.00 76.76 B
10.
 HASAN ZIHNI AZALI D 





75.00 0.00 17.86 E
11.
 LIA RAHMAWATI 





75.00 78.00 76.90 B



Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 3 -- Reguler Pagi/Siang
Jurusan 2-0102 -- Manajemen (S-1)
Mata Kuliah MPB14101 -- Akuntansi Keuangan
Dosen Penguji Rizal Rahmawan,
Bobot  4 SKS







No.
Nama Mahasiswa Hadir




U T S U A S NILAI Grade
1.
 DESMA WATI  100.00 %




70.00 72.00 75.75 B
2.
 LINDA YULIAN SARI  100.00 %




83.00 70.00 78.82 B
3.
 RIZKY UTAMI  92.86 %




98.00 0.00 56.68 C
4.
 NURLIANAH  92.86 %




95.00 77.00 84.99 A
5.
 WINDI SETIAWATI  92.86 %




75.00 72.00 75.73 B
6.
 ELISA NURJANAH KURNIAWAN  100.00 %




84.00 70.00 79.51 B
7.
 CHORY DEWI ANJANI  92.86 %




70.00 73.00 75.26 B
8.
 ARIF WIBOWO  78.57 %




68.00 60.00 66.12 C





Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 1 -- Ekstensi
Jurusan 2-0102 -- Manajemen
Mata Kuliah MPK010102 -- Pengembangan Diri
Dosen Penguji Rizal Rahmawan, SE
Bobot  2 SKS







No.
Nama Mahasiswa Hadir




U T S U A S NILAI Grade
1.
 FIFI SETIYOWATI  78.57 %




75.00 70.00 73.12 B
2.
 BADARUDIN ANWAR SHOLEH  85.71 %




75.00 78.00 73.31 B
3.
 SRI NAULI HARAHAP  92.86 %




72.00 78.00 77.92 B
4.
 NOVI PRIYATI  92.86 %




73.00 75.00 76.15 B
5.
 IMRON ROSADI  92.86 %




70.00 73.00 74.57 B








Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 1 -- Ekstensi
Jurusan 2-0102 -- Manajemen (S-1)
Mata Kuliah MKB16112 -- Penganggaran/Budgeting
Dosen Penguji Rizal Rahmawan
Bobot  3 SKS







No.
Nama Mahasiswa Hadir




U T S U A S NILAI Grade
1.
 SUPRIYANTO  85.71 %




82.00 75.00 77.81 B
2.
 MIAWATI KHOTIMAH  100.00 %




90.00 89.00 89.15 A
3.
 NURMALA  100.00 %




86.00 85.00 85.90 A
4.
 RIZQI SALAM  100.00 %




90.00 92.00 90.83 A
5.
 ARDANELA OCTAVIA  92.86 %




88.00 85.00 85.55 A
6.
 YUNI NOER HANDAYANI  92.86 %




86.00 87.00 85.81 A
7.
 DUDUNG ALKASAH  85.71 %




80.00 73.00 76.89 B
8.
 BRAMMAPTA DWI CAHYO  100.00 %




80.00 73.00 78.79 B
9.
 HASAN BASRI MUROD  92.86 %




80.00 70.00 76.52 B
10.
 HASAN ZIHNI AZALI D  71.43 %




65.00 63.00 61.62 C
11.
 EKO PRIYANTO  50.00 %




70.00 75.00 68.64 B
12.
 YOGA PERMANA PUTRA  7.14 %




55.00 0.00 23.27 E
13.
 NOVI PRIYATI  100.00 %




70.00 74.00 74.30 B













Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 7 -- Reguler Sore/Malam B
Jurusan 2-0103 -- Akuntansi
Mata Kuliah MKK210 -- Akuntansi Keuangan
Dosen Penguji Rizal Rahmawan
Bobot  4 SKS







No.
Nama Mahasiswa Hadir




U T S U A S NILAI Grade
1.
 FATIMAH  84.62 %




72.00 76.00 75.79 B
2.
 ARFAN PRATAMA  61.54 %




70.00 74.00 70.69 B
3.
 TIA ANGGRAENI  76.92 %




79.00 75.00 76.55 B
4.
 DIAN WARDIANA  53.85 %




80.00 0.00 32.08 E
5.
 MAISAROH  69.23 %




75.00 70.00 71.68 B
6.
 LUKMAN  100.00 %




82.00 75.00 80.52 A
7.
 EKA PRATAMA PUTRA  100.00 %




70.00 77.00 77.81 B
8.
 SLAMET YULIANTO  38.46 %




60.00 70.00 62.42 C











Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 7 -- Reguler Sore/Malam B
Jurusan 2-0103 -- Akuntansi
Mata Kuliah MPB03105 -- Praktikum Pengantar Akuntansi II
Dosen Penguji Rizal Rahmawan
Bobot  2 SKS









No.
Nama Mahasiswa Hadir




U T S U A S NILAI Grade
1.
 FATIMAH  71.43 %




75.00 70.00 72.18 B
2.
 ARFAN PRATAMA  57.14 %




70.00 65.00 64.41 C
3.
 TIA ANGGRAENI  64.29 %




77.00 74.00 72.43 B
4.
 DIAN WARDIANA  71.43 %




0.00 0.00 7.14 E
5.
 MAISAROH  71.43 %




73.00 70.00 70.58 B
6.
 LUKMAN  100.00 %




77.00 75.00 77.90 B
7.
 EKA PRATAMA PUTRA  57.14 %




70.00 70.00 68.87 B
8.
 SLAMET YULIANTO  57.14 %




70.00 73.00 69.37 B











Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 7 -- Reguler Sore/Malam B
Jurusan 2-0103 -- Akuntansi
Mata Kuliah MKB05013 -- Penganggaran
Dosen Penguji Rizal Rahmawan,
Bobot  3 SKS







No.
Nama Mahasiswa Hadir




U T S U A S NILAI Grade
1.
 SURMADI  85.71 %




90.00 80.00 83.20 A
2.
 NUNIK NURIATI  92.86 %




78.00 75.00 78.28 B
3.
 NURYANI OKTAVIA  92.86 %




75.00 70.00 75.14 B
4.
 MEGA CAROLINA  78.57 %




73.00 78.00 76.14 B
5.
 EMMA ROSALINA  92.86 %




73.00 75.00 77.14 B
6.
 IDA FITRIANI  100.00 %




73.00 75.00 75.90 B
7.
 NOVIANTI SURYA  57.14 %




83.00 0.00 40.13 E








Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 3 -- Reguler Pagi/Siang
Jurusan 2-0103 -- Akuntansi  (D-3)
Mata Kuliah MKK210 -- Akuntansi Keuangan
Dosen Penguji Rizal Rahmawan
Bobot  4 SKS







No.
Nama Mahasiswa Hadir




U T S U A S NILAI Grade
1.
 SITI ROSITA HIDAYAT  100.00 %




77.00 73.00 78.34 B
2.
 ASTRIA RISTIANA  100.00 %




78.00 75.00 79.80 B
3.
 MUCHAMMAD RIZKY SUNARYO  64.29 %




77.00 0.00 44.71 E
4.
 BIMA ANNAJM FITRA  92.86 %




75.00 70.00 75.38 B




Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 3 -- Reguler Pagi/Siang
Jurusan 2-0102 -- Manajemen (S-1)
Mata Kuliah MKK16114 -- Praktikum Kewirausahaan
Dosen Penguji Rizal Rahmawan
Bobot  2 SKS







No.
Nama Mahasiswa Hadir




U T S U A S NILAI Grade
1.
 DESMA WATI  100.00 %




87.00 70.00 76.40 B
2.
 RIZKY UTAMI  92.86 %




90.00 0.00 61.05 C
3.
 NURLIANAH  92.86 %




95.00 88.00 85.57 A
4.
 WINDI SETIAWATI  71.43 %




80.00 74.00 72.94 B
5.
 ELISA NURJANAH KURNIAWAN  78.57 %




85.00 76.00 76.86 B
6.
 NURUL HUDA  100.00 %




80.00 77.00 79.50 B
7.
 NUR KOMALASARI  50.00 %




0.00 0.00 5.00 E
8.
 HENNY PANGESTU RINI  28.57 %




0.00 0.00 2.86 E
9.
 MERINDA HAPIZAH  100.00 %




80.00 80.00 81.76 A
10.
 MARISA  92.86 %




77.00 76.00 78.13 B
11.
 OKI MULYANTO  64.29 %




75.00 75.00 72.33 B
12.
 NINING DWI PURWANTI  85.71 %




73.00 72.00 72.93 B
13.
 SRI SETYA PURWANINGSIH  100.00 %




95.00 83.00 85.50 A
14.
 ZAENAB  35.71 %




0.00 0.00 3.57 E
15.
 CHORY DEWI ANJANI  85.71 %




78.00 70.00 73.65 B
16.
 RAMA SETIAWAN  78.57 %




72.00 75.00 73.48 B
17.
 ALDO PURWA ZULANDA  78.57 %




75.00 72.00 73.34 B




Tahun Akademik  20121 -- SEMESTER GANJIL 2012/2013
Program 1 -- Ekstensi
Jurusan 2-0102 -- Manajemen (S-1)
Mata Kuliah MKK16114 -- Praktikum Kewirausahaan
Dosen Penguji Rizal Rahmawan
Bobot  2 SKS







No.
Nama Mahasiswa





U T S


1.
 SUPRIYANTO 





80.00


2.
 MIAWATI KHOTIMAH 





90.00


3.
 NURMALA 





85.00


4.
 RIZQI SALAM 





90.00


5.
 ARDANELA OCTAVIA 





88.00


6.
 YUNI NOER HANDAYANI 





88.00


7.
 DUDUNG ALKASAH 





78.00


8.
 BRAMMAPTA DWI CAHYO 





78.00


9.
 HASAN BASRI MUROD 





80.00


10.
 HASAN ZIHNI AZALI D 





75.00