Hanya Khayalan...................
Pernahkah engkau begitu bergembira dengan sesuatu, yang sederhana
saja. Yang membuatmu tak berhenti tersenyum. Yang membuatmu bahagia
seolah bunga-bunga bermekaran di sampingmu.
Ada banyak hal yang bisa membuatku seperti itu. Salah satunya adalah
di suatu hari yang basah.
Di luar hujan, tiba-tiba aku dapati sederet tulisan yang membuatku
tertegun dan kemudian bahagia seketika.
Seseorang menuliskan sebuah kata-kata sederhana yang membuatku
sedikit tersanjung. Membuatku senang dan membuatku entahlah. Ada banyak
rasa saat itu. Lalu, aku akan mengingat setiap tulisan yang pernah dia
torehkan sebelum-sebelumnya. Dan tiba-tiba, sebuah harapan menyeruak.
Asa yang pernah aku kuburkan sedemikian dalam setiap aku mulai cemas dan
takut akan timbulnya harapan itu.
Aku biarkan diriku bahagia sesaat. Menikmati manisnya untaian kata
itu, membacanya berulang-ulang seolah aku remaja yang sedang dimabuk
cinta. Seolah aku menerima surat cinta pernyataan dari orang yang
kusayang.
Aku ingin sekali ‘merekam’ momen itu hingga aku bisa menulis kalimat
demi kalimat dalam sebuah novel yang sedang kususun. Hingga aku
benar-benar bisa menjiwai si tokoh yang sedang dimabuk kebahagiaan.
Tapi, ternyata itu tak berlangsung lama. Logikaku tersentak. Itu
hanya sebuah imaji dan khayalan yang aku buat. Itu hanya deretan tulisan
sangat biasa dari seorang yang juga biasa, walau orang itu pernah hadir
dalam sebuah harapan kala waktu memberinya beberapa saat silam.
Tapi nyatanya, itu juga semu dan tak berujung apa-apa. Tak elak apa
yang aku hubung-hubungkan justru akan menyiksa kepingan hati yang pernah
aku rekatkan. Yang lemnya kadang renggang dan perasaan sakit hati
menelusup begitu saja.
Kusadari itu lewat rangkaian kata dalam tulisan yang ia buat. Sesuatu
yang biasa, sapaan yang juga sangat bisa, dan berlaku untuk siapa saja.
Walau ada sedikit ketidakrelaan hati yang menyatakan bahwa itu lain,
itu luar biasa, itu adalah pertanda darinya, aku segera mengelak dengan
ketakutan yang kumiliki, ketakutan yang didasari oleh logika, ketakutan
akan hadirnya harapan yang kuyakini akan pupus sebentar lagi dan akan
lebih menyakitkan nantinya.
Sudahlah.
Sudahlah
Sudahlah
Yah, sudah…
Kalau memang ada saatnya dan jalannya pada tempat yang sama dengan
yang kutuju, hadirnya tak hanya basa-basi sebuah tulisan, hadirnya tentu
dengan pernyataan yang jelas, bukan sesuatu yang kutafsirkan sebagai
tanda-tanda, tapi nyatanya imaji belaka.
Aah, paling tidak aku masih “merekam” wajah bahagia itu dalam
ingatanku, wajah yang berbeda ketika aku mulai mengetikkan tulisan ini.
Hmm
Nama : Fifi Setiyowati
BalasHapusBlog : https://plus.google.com/u/0/116374261586975678738/posts