Belajar mudah membaca
Al-Qur’an,
dengan Tajwid
Pengertian Tajwid Tajwid
menurut bahasa berasal dari kata yangng
berarti bagus atau membaguskan. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang
dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari
bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat
dalam kitab suci al-Qur’an maupun bukan.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul
huruf(tempat keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara
pengucapan huruf), ahkamul huruf(hubungan antar huruf), ahkamul
maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal
ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
Inilah yang dimaksud dengan membaca al-Qur’an dengan tartil sebagaimana
firman-Nya
yang artinya : “Bacalah al-Qur’an itu dengan tartil”.
Sedangkan
arti tartil menurut Ibn Katsir adalah membaca dengan
perlahan-lahan dan hati-hati karena hal itu akan membantu pemahaman
serta perenungan terhadap al-Qur’an.
Kesalahan dalam membaca Alqur’an,
dikategorikan dalam dua macam, yaitu:
1) AL-LAKHNU AL-JALIY (kesalahan
besar/fatal).
Adalah kesalahan yang terjadi ketika
membaca lafadh-lafadh dalam Alqur’an yang dapat mengubah arti dan
menyalahi ‘urf qurro. Melakukan kesalahan ini, hukumnya HARAM. Yang
termasuk kesalahan jenis ini antara lain:
- Kesalahan makhroj (titik/tempat keluarnya) huruf. Kesalahan ini
biasanya terjadi pada pengucapan huruf-huruf yang hampir serupa,
seperti: ‘a (‘ain) dibaca a (hamzah), dlo dibaca dho, dza dibaca da, tsa dibaca sa, ha dibaca kha, thi dibaca ti,
dan sebagainya.
- Salah membaca mad, yaitu yang seharusnya dibaca pendek (1 ketukan)
dibaca lebih panjang (2 ketukan atau lebih) dan sebaliknya. Misalnya: Laa (aa
dibaca panjang; artinya TIDAK) dibaca La (a
dibaca pendek; artinya SUNGGUH-SUNGGUH.
- Salah membaca harokat. Contohnya: kharokat di akhir kata benda,
karena kharokat akhir kata menunjukan jabatan kata itu dalam kalimat.
Contoh: yarfa’ullohu (artinya: Allah
mengangkat) di baca yarfa’ulloha (artinya
menjadi: dia mengangkat Allah).
2) AL-LAKHNU AL-KHOFIY (kesalahan
kecil).
Adalah kesalahan yang terjadi ketika
membaca lafadh-lafadh dalam Alqur’an yang menyalahi ‘urf qurro namun
tidak mengubah arti. Melakukan kesalahan ini hukumnya makruh. Yang
termasuk kesalahan jenis ini antara lain: kesalahan dalam membaca
dengung (idghom, ikhfa’, iqlaab, dll), kesalahan (lebih/kurang
panjang) dalam membaca mad, kesalahan menampakkan sifat huruf
(seperti: hams, qolqolah, keliru membaca tahkhim/tarqiq), dan lain
sebagainya. Kesalahan membaca Alqur’an, baik yang JALIY maupun yang
KHOFIY, tetaplah sebuah kesalahan. Bila kesalahan itu tetap muncul,
maka bacaan Alqur’an kita tidak lagi sesuai dengan bacaan saat pertama
kali Alqur’an diturunkan. Karena itu, marilah kita belajar ilmu tajwid
ini, mudah-mudahan kita terhindar dari segala kesalahan dalam membaca
Alqur’an.
Ringkasan Ilmu Tajwid.................
1. HUKUM NUN MATI
-
Izh-har Halqi, yaitu pembacaan nun mati atau
tanwin yang sesuai makhroj-nya (tidak di-ghunnah-kan) apabila bertemu
dengan salah satu huruf izhhar.
Huruf-huruf izhhar adalah :
ء ـ ة ـ ع ـ ح ـ غ ـ خ
Contoh-contoh izhhar:
مِنْ هَادٍِ ـ مِنْ عِلْمٍِ ـ عَيْنٍِ ءانِيَةٍِ ـ فَرِيْقًَا هَدَى ـ
يَنْهَوْنَ ـ أَنْعَمْتَ
-
Idgham, yaitu pengucapan nun mati atau tanwin secara
lebur ketika bertemu huruf-huruf idgham, atau pengucapan dua huruf
seperti dua huruf yang di-tasydid-kan. Ketentuan ini berlaku ketika
pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam dua kata yang terpisah.
Idgham dibagi dua yaitu:
> Idgham bil ghunnah atau ma’al ghunnah (yang harus digunakan)
> Idgham bila ghunnah (yang tidak boleh digunakan)
Huruf-huruf idgham bil ghunnah :
ي ـ ن ـ م ـ و
Huruf-huruf idgham bila ghunnah :
ل ـ ر
Contoh-contoh idgham :
أَنْ يَضْرِبَ ـ خَيْرًا يَرَاهُ ـ مَالاًَ لُّبَدًا ـ أن لَّمْ
Dikecualikan empat kata yang tidak boleh dibaca sesuai dengan kaidah
ini, karena pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam satu kata.
Cara membacanya harus jelas dan disebut izhhar muthlaq, yaitu:
الدُّنْيَا ـ بُنْيَانْ ـ قِنْوَانْ ـ صِنْوَانْ
-
Iqlab, yaitu pengucapan nun mati atau tanwin yang
bertemu dengan huruf ba’ yang berubah menjadi mim dan disertai dengan
ghunnah.
Contoh-contoh iqlab: أَن بُوْرِكَ ـ يَنْبُوْعً ـ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ
-
Ikhfa’ Haqiqi, yaitu pengucapan nun mati atau
tanwin ketika bertemu dengan huruf-huruf ikhfa’ memiliki sifat antara
izhhar dan idgham dengan disertai ghunnah. Huruf-huruf ikhfa’ berjumlah
15, yaitu:
ص ـ ذ ـ ث ـ ك ـ ج ـ ش ـ ق ـ س ـ د ـ ط ـ ز ـ ف ـ ت ـ ض ـ ظ
Contoh ikhfa’ haqiqi: مِنْ صِيَامٍِ ـ فَانْصُرْنَا ـ مَاءًَ ثَجَّاجًا ـ
قَوْلاًَ سَدِيْدًا
2. HUKUM MIM MATI
-
Ikhfa’ Syafawi, yaitu apabila mim mati bertemu
dengan ba’. Cara pengucapannya mim tampak samar (bibir tanpa ditekan
kuat) disertai dengan ghunnah. Contoh: تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍِ
-
Idgham Mitslain, atau idgham mimi yaitu apabila
mim mati bertemu dengan mim. Cara pengucapannya harus disertai dengan
ghunnah.
Contoh: إنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ
-
Izh-har Syafawi, yaitu apabila mim mati bertemu
dengan selain huruf mim dan ba’. Cara pengucapannya adalah mim harus
dibaca jelas, harus tampak jelas tanpa ghunnah, terutama ketika bertemu
dengan fa’ dan waw. Sedikitpun mim tidak boleh terpengaruh makhroj fa’
dan waw walaupun makhrojnya berdekatan/sama.
Contoh: أَلَمْ تَرَ
كَيْفَ ـ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ
3. HUKUM MIM DAN NUN BERTASYDID
Setiap mim dan nun yang bertasydid wajib dighunnahkan. Ketika membaca
mim yang bertasydid cara membacanya bibir harus merapat dengan
sempurna, dan ketika membaca nun yang bertasydid ujung lidah harus
menempel pada makhroj nun dengan sempurna/kuat. Contoh:
عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ ـ فَأُمُّهُ هَاوِيَةًَ ـ يَـأَيُّهَاالْمُزَّمِّلْ
4. HUKUM LAM TA’RIF (ALIF LAM)
Berdasarkan cara pembacaannya ini, alif lam dibagi menjadi dua macam :
-
Alif Lam Qamariyah, yakni alif lam harus dibaca
jelas ketika menghadapi huruf-huruf berikut:
ء ـ ب ـ غ ـ ح ـ ج
ـ ك ـ و ـ خ ـ ف ـ ع ـ ق ـ ي ـ م ـ ه
Contoh : الْخَالِقُ ـ الْعِلْمُ ـ الْقَادِرُ ـ الْمَرْجَانْ ـ
الْجَنَّةُ
-
Alif Lam Syamsiyah, yakni alif lam harus dibaca
idgham (masuk ke dalam huruf berikutnya) apabila bertemu dengan
huruf-huruf berikut:
ط ـ ث ـ ص ـ ر ـ ت ـ ض ـ ذ ـ ن ـ د ـ س ـ ظ ـ ز ـ ش ـ ل
Contoh: النُّوْرُ ـ الدِّيْنُ ـ الصَّلاَةُ ـ اللَّيْلُ
5. HUKUM MAD
Mad adalah memanjangkan lama suara ketika mengucapkan huruf mad.
Huruf mad ada tiga yaitu :
- و (waw sukun) yang huruf sebelumnya berharokat dhommah.
- ي (ya’ sukun) yang huruf sebelumnya berharokat kasrah.
- ا (alif) yang huruf sebelumnya berharakat fat-hah. Contoh:
نُوحِيـهَـا
Mad secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Mad Ashli dan Mad Far’i.
I. Adapun pembagian mad Ashli adalah sebagai berikut:
a. Mad Thabi’i, yaitu mad yang tidak terpengaruhi
oleh sebab hamzah atau sukun, tetapi didalamnya ada salah satu huruf
mad yang tiga; alif, ya’, waw. Contoh: إِيَّاكَ – يَدْخُلُوْنَ –
فِيْ جِيْدِهَا
b. Mad Badal, yaitu apabila terdapat hamzah bertemu
dengan mad. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: أُوْتِيَ – ءَادَمَ – إِيْمَانٌُ – اِيْتُوْنِيْ
c. Mad ‘Iwadh, yaitu berhenti pada huruf yang
bertanwin fat-hah. Panjangnya
2 harakat. Catatan:
Huruf Hamzah yang bertanwin fat-hah terkadang disudahi dengan alif, atau
terkadang didahului alif, cara membaca tetap sama 2 harakat. Dan
pengecualian berhenti pada Ta’ Marbuthah yang bertanwin fat-hah cara
membacanya ta’ harus mati dan berubah menjadi Ha’.
Contoh: عَلِيْمًا حَكِيْمًا – غَفُوْرًا رَحِيْمًا – لَيْسُوْا
سَوَاءًَ – جُزْءًَا
d. Mad Tamkin, yaitu apabila terdapat ya’ bertasydid
bertemu dengan ya’ sukun. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: وَإِذَا حُيِّيْتُمْ – فِيْ الأُمِّيِّيْنَ
e. Mad Shilah Qashirah, yaitu apabila terdapat ha’
dhamir (bunyi hu atau hi) bertemu dengan selain
hamzah. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ – لاَ تَأْخُذُهُ
سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ
Keterangan:
- Ha’ dhamir tidak dibaca panjang 2 harakat apabila salah satu huruf
sesudah atau sebelumnya mati. Kecuali ayat 69 didalam surah Al-Furqan,
yaitu:
وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً maka ha’ dibaca panjang 2 harakat walaupun
sebelumnya didahului huruf mati. Mad ini disebut Mad Al-Mubalaghah.
- Selain ha’ dhamir tidak dibaca panjang.
Contoh: لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفعا
II. Adapun pembagian mad Far’i adalah sebagai berikut:
- Mad Far’i yang bertemu dengan hamzah ada 3 macam:
a. Mad Wajib Muttashil, yaitu apabila terdapat mad
bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat. Panjangnya 4 harakat ketika
washal, sedangkan dalam keadaan waqaf boleh dibaca 4, 5 atau 6 harakat.
Contoh: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اﷲ – مَنْ يَعْمَلْ سُوءاًَ…
b. Mad Ja’iz Munfashil, yaitu apabila terdapat mad
bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah. Panjangnya 4 atau 5
harakat.
Contoh: اﷲ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا – فِي أَحْسَنِ
تَقْوِيْمٍِ
c. Mad Shilah Thawilah, yaitu apabila terdapat ha’
dhamir bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah. Panjangnya 4
atau 5 harakat.
Contoh: أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ – يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ
بِإِذْنِهِ
- Mad Far’i yang bertemu dengan Sukun atau Tasydid ada 5 macam:
a. Mad Farqi, yaitu mad badal sesudahnya berupa
huruf yang bertasydid. Panjang 6 harakat. Mad ini hanya terjadi pada 2
kalimat dan terdapat di dalam tiga surat, yakni surat Al-An’am :
143-144, Yunus : 59 dan An-Naml : 59.
Lafazhnya: قُلْ ء الذَّكَرَيْنِ – ء اﷲ خَيْرٌ
b. Mad Lazim Kilmiy Mutsaqqal, yaitu apabila huruf
atau bacaan mad sesudahnya berupa huruf yang bertasydid. Panjangnya 6
harakat.
Contoh: مِنْ دَابَّةٍ – حَـاجَّ – تَحَـاضُّوْنَ
c. Mad Lazim Kilmiy Mukhoffaf, yaitu mad badal
sesudahnya terdapat huruf sukun. Panjangnya 6 harakat, dan mad ini
hanya terdapat pada surat Yunus: 51 dan 91. Contoh: ءالـٰنَ
وَقَدْ كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ
d. Mad Lazim Harfiy Mutsaqqal, yaitu mad yang
terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang terdapat di sebagian beberapa awal
surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama hurufnya, dibaca
panjang 6 harakat dan diidghamkan. Contoh: الـم = أَلِفْ لاَمْ
مِيْم – طسم = طاَ سِيْن مِيْم
e. Mad Lazim Harfiy Mukhaffaf, yaitu mad yang
terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang terdapat disebagian beberapa awal
surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama hurufnya, dibaca
panjang 6 harakat, tetapi tanpa diidghamkan. Contoh: ق = قَافْ –
عسق = عَيْنْ سِيْنْ قَافْ
- Mad Far’i karena waqaf, ada 2 macam:
a. Mad ‘Aridh Lissukun, yaitu apabila mad thabi’i
jatuh sebelum huruf yang diwaqafkan. Panjangnya boleh 2, 4 atau 6
harakat.
Contoh: إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ – الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
b. Mad Liin, yaitu apabila berhenti pada suatu huruf
sebelumnya berupa waw sukun atau ya’ sukun yang didahului oleh huruf
berharakat fat-hah. Panjangnya boleh 2, 4 atau 6 harakat.
Contoh: خَوْف – الصَّيْف – البَيْت – عَلَيْهِ – مَثَلُ السَّوْءِ
6. AT-TAFKHIM DAN AT-TARQIQ
Tafkhim berarti menebalkan suara huruf, sedangkan Tarqiq adalah
menipiskannya. Tafkhim dan Tarqiq terdapat pada 3 hal :
a. Lafazh Jalalah, yaitu lafazh Allah. Al Jalalah
maknanya adalah kebesaran atau keagungan. Cara membacanya ada dua
macam, yaitu tafkhim dan tarqiq.
Lafazh Jalalah dibaca tafkhim apabila keadaannya sebagai berikut:
- Berada di awal susunan kalimat atau disebut Mubtada’ (Istilah tata
bahasa Arab). Contoh: اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ
- Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat fat-hah.
Contoh: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
- Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah.
Contoh: نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
Sedangkan dibaca Tarqiq apabila sebelum lafazh Jalalah huruf
berharakat kasroh. Contoh: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
b. Huruf-huruf Isti’la ( خ – ص – ض – غ – ط – ق – ظ )
Semua huruf isti’la harus dibaca tafkhim, dengan dua tingkatan.
Pertama, tingkatan tafkhim yang kuat, yakni ketika sedang berharakat
fat-hah atau dhammah. Kedua, adalah tingkatan tafkhim yang lebih
ringan, yakni ketika berharakat kasrah atau ketika sukun dengan huruf
sebelumnya berharakat kasrah. Juga harus dibaca tafkhim apabila nun
mati atau tanwin (hukum ikhfa’ haqiqi) bertemu dengan huruf isti’la,
kecuali apabila bertemu dengan huruf ghain dan kha’. Sebaliknya,
seluruh huruf istifal (huruf-huruf selain huruf isti’la) harus dibaca
tarqiq, kecuali ra’ dan lam pada lafazh jalalah.
c. Huruf Ra’, dibacanya tafkhim apabila:
- Ketika berharakat fat-hah.
- Ketika berharakat dhammah.
- Ra’ sukun sebelumnya berharakat fat-hah.
- Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat dhammah.
- Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat fat-hah.
- Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat dhamaah.
- Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya alif.
- Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya waw.
- Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf yang mati, dan didahului huruf
fat-hah atau dhammah.
- Ra’ sukun sebelumnya hamzah washal.
- Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat kasrah dan sesudahnya huruf
isti’la
tidak berharakat kasrah serta berada dalam satu kalimat.
Sedangkan huruf Ra’ dibaca tarqiq apabila keadaannya sebagai berikut:
- Ra’ berharakat kasrah.
- Ra’ sukun sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf
isti’-
la, atau bertemu huruf isti’la namun dalam kata yang terpisah.
- Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf kasrah atau ya’ sukun.
- Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya bukan huruf isti’la dan sebelumnya
di
dahului oleh kasrah.
Kemudian Ra’ yang boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
- Ra’ sukun sebelum berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la
berhara-
kat kasrah.
- Ra’ sukun karena waqaf, sebelumnya huruf isti’la sukun yang diawali
de-
ngan huruf berharakat kasrah.
- Ra’ sukun karena waqaf dan setelahnya terdapat ya’ terbuang.
7. IDGHAM
Idgham artinya memasukkan atau melebur huruf. Idgham dibagi 3 yaitu:
a. Idgham Mutamatsilain, yaitu apabila berhadapannya
dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya.
Contoh: اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَر – وَقَد دَّخَلُوْا –
يُدْرِكـكُّمُ الْمَوْتُ
b. Idgham Mutajanisain, yaitu apabila berhadapannya
dua huruf yang sama makhrajnya, namun sifatnya berlainan. Yaitu pada
makhraj huruf:
(ط-د-ت) – (ظ-ذ-ث) – (م-ب)
Contoh: قَـد تَّبَيَّـنَ dibaca langsung masuk ke huruf ta’
ارْكَب مَّعَنَـا dibaca langsung masuk ke huruf mim
c. Idgham Mutaqaribain, yaitu apabila berhadapannya
dua huruf yang ham-pir sama makhraj dan sifatnya. Yaitu pada huruf ق –
ك dan ل – ر .
Contoh: أَلَمْ نَخْلُقـّكُمْ dibaca tanpa meng-qalqalah-kan qaf
وَقُل رَّبِّ dibaca tanpa menampakkan lam
8. TANDA-TANDA WAQAF (BERHENTI)
- م yaitu tanda waqaf yang menunjukkan penekanan untuk berhenti.
- لا yaitu tanda waqaf yang menunjukkan dilarang berhenti secara
total (tidak melanjutkan membaca lagi), jika sekedar mengambil nafas
dibolehkan.
- صلى yaitu tanda waqaf boleh berhenti, namun washal lebih utama.
- ج yaitu tanda waqaf yang menunjukkan waqaf atau washal sama saja.
- قلى yaitu tanda waqaf yang menunjukkan lebih baik berhenti.
- yaitu tanda waqaf agar berhenti pada salah satu kata.
9. ISTILAH-ISTILAH DALAM AL-QUR’AN
a. Sajdah. Pada ayat-ayat sajdah disunahkan
melakukan sujud tilawah. Sujud ini dilakukan di dalam atau diluar
shalat, disunahkan pula bagi yang membaca dan yang mendengarkannya.
Hanya saja ketika didalam shalat, sujud atau tidaknya tergantung pada
imam. Jika imam sujud, makmum harus mengikuti, dan begitu pula
sebaliknya. Ayat Sajdah terdapat dalam surat: 7:206, 13:15, 16:50,
17:109, 19:58, 22:18, 22:77, 25:60, 27:26, 32:15, 38:24, 41:37, 53:62,
84:21, 96:19.
b. Saktah ( س ) yaitu berhenti sejenak tanpa
bernafas. Ada didalam surat: 18:1-2, 36:52, 75:27, 83:14. Contoh:
كَلاَّ بَلْ رَانَ
c. Isymam, yaitu menampakkan dhammah yang terbuang
dengan isyarat bibir. Isymam hanya ada di surat Yusuf ayat 11, pada
lafazh لاَ تَأْمَنَّا
d. Imalah, artinya pembacaan fat-hah yang miring ke
kasrah. Imalah ada di dalam surat Hud ayat 41, pada lafazh بِسْمِ
اللهِ مَجْرَهَا dibaca “MAJREHA”.
e. Tas-hil, artinya membaca hamzah yang kedua dengan
suara yang ringan atau samar. Tas-hil dibaca dengan suara antara
hamzah dan alif. Terdapat di dalam surat Fushshilat ayat 44, pada
lafazh أَأَعْجَمْيٌّ hamzah yang kedua terdengar seperti ha’.
f. Nun Al-Wiqayah, yaitu nun yang harus dibaca
kasrah ketika tanwin bertemu hamzah washal, agar tanwin tetap terjaga.
Contoh: نُوْحٌ ابْنَهُ – جَمِيْعًا الَّذِيْ
g. Ash-Shifrul Mustadir, yaitu berupa tanda (O) di
atas huruf mad yang menunjukkan bahwa mad tersebut tidak dibaca
panjang, baik ketika washal maupun waqaf (bentuknya bulatan sempurna,
dan biasanya terdapat di mushaf-mushaf timur tengah).
Contoh: لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُواْ
h. Ash-Shifrul Mustathilul Qa’im, yaitu berupa
bulatan lonjong tegak (0) biasanya diletakkan di atas mad. Mad tersebut
tidak dibaca panjang ketika washal, namun dibaca panjang ketika waqaf.
Contoh: أَنَاْ خَيرٌ – لَكِنَّاْ
i. Naql, yaitu memindahkan harakat hamzah pada huruf
sebelumnya.
Contoh: ﺑﺌﺲَ الاِسْمُ dibaca ﺑﺌﺴَلِسْمُ
(Diringkas seperlunya dari buku “Pedoman Daurah Al-Qur’an – Kajian
Ilmu Tajwid” oleh Abdul Aziz Abdur Rauf. Al-Hafizh, Lc. Dan buku “Ilmu
Tajwid Plus” oleh Moh. Wahyudi.)