Dari penjelasan di dalam kitab Tafsir Ahkam, Imam Al Qurtubi menguraikan
bahwa ayat “Fainnaka laa tusmi’ul mautaa…” (maka sesungguhnya kamu
tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat
mendengar….” adalah berkaitan dengan peristiwa pertanyaan sahabat Umar
bin Khattab saat Rasulullahsaw memanggil tiga orang pemimpin kafir
Quraisy dalam perang Badar yang telah meninggal beberapa hari.
.
Saat itu Rasulullah SAW ditanya oleh Umar bin Khattab ra:
Saat itu Rasulullah SAW ditanya oleh Umar bin Khattab ra:
يا رسول الله تناديهم بعد ثلاث وهل يسمعون ؟يقول الله إنك لا تسمع الموتى
فقال : والذي نفسي بيده ما أنتمبأسمع منهم ولكنهم لا يطيقون أن يجيبوا
Ya Rasulullah, apakah engkau memanggil-manggil mereka yang telah meninggal tiga hari bisa mendengarkan panggilanmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam al quran: Innaka laa tusmi’ul mauta?. Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW: “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah engkau sanggup mendengar mereka, mereka lebih mendengar daripada kamu hanya saja mereka tidak mampu menjawab.” (HR. Muslim dari Imam Anas ra).
Ya Rasulullah, apakah engkau memanggil-manggil mereka yang telah meninggal tiga hari bisa mendengarkan panggilanmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam al quran: Innaka laa tusmi’ul mauta?. Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW: “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah engkau sanggup mendengar mereka, mereka lebih mendengar daripada kamu hanya saja mereka tidak mampu menjawab.” (HR. Muslim dari Imam Anas ra).
Menurut hadits Shohihain (Bukhari Muslim) Dari sanad yang berbeda-beda,
Rasulullah SAW pernah berbicara kepada orang-orang kafir yang tewas
dalam perang badar saat mereka dibuang di sumur Quleb kemudian
Rasulullah saw berdiri dan memanggil nama-nama mereka (yafulan bin fulan
2x) : “Apakah engkau telah mendapatkan janji dari Tuhanmu dengan benar,
sedangkan saya telah mendapatkan janji yang benar pula dari Tuhanku.”
Dalam penjelasan kitab Tafsir Ibnu Katsir bahwa yang dipanggil oleh
Rasulullah SAW itu adalah: Abu Jahal bin Hisyam, Utbah bin Robi’ah dan
Syaibah bin Robi’ah. Ketiganya itu adalah tokoh kafir Quraisy.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik. Dalam
riwayat lain menyebutkan bahwa orang yang mati apabila sudah dikuburkan
dan orang yang menguburkan itu kembali pulang, maka dia (ahli kubur)
itu mampu mendengar gesekan suara sendal.
Menurut Imam AlQurtubi, orang yang sudah meninggal itu bukan berarti
mereka tidak lenyap sama sekali juga tidak pula rusak hubungan dengan
orang yang masih hidup. Tetapi yang meninggal itu hanya terputus
hubungan antara ruh dan badan dan hanya berpindah dari alam dunia ke
alam kubur. (Tafsir ahkam Juz 7: hal 326).
Dengan demikian apakah orang yang meninggal itu bisa mendengar orang
yang masih hidup saat memberi salam atau lainya, cukup jelas keterangan
ayat dan hadits pada peristiwa Nabi memanggil gembong2 kafir qurays saat
gugur di perang Badar.
Untuk lebih jelasnya lagi, kita bisa membuka Kitab Ar Ruh karangan Ibnu
Qoyyim Al Jauzi (Juz I halaman 5), kalau tidak salah Ibnul Qoyyim itu
murid kesayangan Ibnu Taymiyah. Pada halaman itu tertulis riwayat Ibnu
Abdil Bar yang menyandarkan kepada ketetapan sabda Rasulullah SAW:
ما من مسلم يمر على قبر أخيه كان يعرفه في الدنيافيسلم عليه إلا رد الله
عليه روحه حتى يرد عليه السلام
“Orang-orang muslim yang melewati kuburan saudaranya yang dikenal saat hidupnya kemudian mengucapkan salam, maka Allah mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menjawab salam temanya.”
“Orang-orang muslim yang melewati kuburan saudaranya yang dikenal saat hidupnya kemudian mengucapkan salam, maka Allah mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menjawab salam temanya.”
Bahkan menurut Ulama Salaf mereka telah ijma’ (sepakat) bahwa masalah
orang yang mati itu mampu mengenal orang-orang yang masih hidup pada
saat berziarah bahkan para ahli kubur mersasa gembira atas dengan
kedatangan para peziarah. Hal ini, kata Ibnu Qoyyim, merupakan riwayat
atsar yang mutawatir. Selengkapnya kata-kata Ibnu Qoyyim itu sebagai
berikut:
والسلف مجمعون على هذاوقد تواترت الآثار عنهم بأن الميت يعرف زيارة الحي له
ويستبشر به
Ibnu Qoyyim mengutip ungkapan Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abid biin Abidunya dalam kitab Kubur pada bab ma’rifatul mauta biziyaratil ahya. Menyebu thadits sebagai berikut:
Ibnu Qoyyim mengutip ungkapan Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abid biin Abidunya dalam kitab Kubur pada bab ma’rifatul mauta biziyaratil ahya. Menyebu thadits sebagai berikut:
عن عائشة رضى الله تعالى عنها قالت قال رسول الله ما من رجل يزور قبر
أخيهويجلس عنده إلا استأنس به ورد عليه حتى يقوم
Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Siapa saja yang berziarah ke kuburan saudaranya, kemudian duduk di sisi kuburnya maka menjadi tenanglah si mayit, dan Allah akan mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menemaninya sampai selesai berziarah.”
Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Siapa saja yang berziarah ke kuburan saudaranya, kemudian duduk di sisi kuburnya maka menjadi tenanglah si mayit, dan Allah akan mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menemaninya sampai selesai berziarah.”
Orang yang meninggal dunia, akan menjawab salam baik yang dikenal maupun
yang tidak dikenalnya sebagaimana dalam sebuah riwayat hadits berikut:
عن أبى هريرة رضى الله تعالى عنه قال إذا مرالرجل بقبر أخيه يعرفه فسلم
عليه رد عليه السلام وعرفه وإذا مر بقبر لا يعرفه فسلمعليه رد عليه السلام
Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Apabila orang yang lewat kuburan saudaranya kemudian memberi salam, maka akan dibalas salam itu, dan dia mengenal siapa yang menyalami. Demikian juga mereka (para mayyit) akan menjawab salamnya orang-orang yang tidak kenal.”
Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Apabila orang yang lewat kuburan saudaranya kemudian memberi salam, maka akan dibalas salam itu, dan dia mengenal siapa yang menyalami. Demikian juga mereka (para mayyit) akan menjawab salamnya orang-orang yang tidak kenal.”
Satu ketika, Seorang lelaki dariKeluarga ‘Ashim Al Jahdari bercerita
bahwa dia melihat Ashim al Jahdari dalam mimpinya setelah beliau
meninggal dua tahun. Lalu lelaki itu bertanya:
“Bukankah Anda sudah meninggal?”
“Betul!”
“Lalu dimana sekarang?”
“Demi Allah, saya ada didalam taman Syurga. Saya juga bersama sahabat-sahabatku berkumpul setiap malamJum’at hingga pagi harinya di tempat (kuburan) Bakar bin Abdullah al Muzanni. Kemudian kami saling bercerita.”
“Apakah yang bertemu itu jasadnya saja atau ruhnya saja?”
“Kalau jasad kami sudah hancur, jadi kami berkumpul dalam ruh”
“Apakah Anda sekalian mengenal kalau kami itu berziarah kepada kalian?”
“Benar!, kami mengetahui setiap sore Jum’at dan hari Sabtu hingga terbit matahari”
“Kalau hari lainnya?”
“Itulah fadilahnya hari Jum’at dan kemuliannya”
(Cerita itu menurut Ibnu Qoyim bersumber dari Muhammad bin Husein dari Yahya bin Bustom Al Ashghor dari Masma’dari Laki-laki keluarga Asyim Al Jahdari).
“Bukankah Anda sudah meninggal?”
“Betul!”
“Lalu dimana sekarang?”
“Demi Allah, saya ada didalam taman Syurga. Saya juga bersama sahabat-sahabatku berkumpul setiap malamJum’at hingga pagi harinya di tempat (kuburan) Bakar bin Abdullah al Muzanni. Kemudian kami saling bercerita.”
“Apakah yang bertemu itu jasadnya saja atau ruhnya saja?”
“Kalau jasad kami sudah hancur, jadi kami berkumpul dalam ruh”
“Apakah Anda sekalian mengenal kalau kami itu berziarah kepada kalian?”
“Benar!, kami mengetahui setiap sore Jum’at dan hari Sabtu hingga terbit matahari”
“Kalau hari lainnya?”
“Itulah fadilahnya hari Jum’at dan kemuliannya”
(Cerita itu menurut Ibnu Qoyim bersumber dari Muhammad bin Husein dari Yahya bin Bustom Al Ashghor dari Masma’dari Laki-laki keluarga Asyim Al Jahdari).
Bahkan bukan sore Jum’at dan hari Sabtu saja, menurut riwayat Muhammad
bin Husein dari Bakar bin Muhammaddari Hasan Al Qoshob berkata bahwa
orang-orang yang sudah meninggal mampu mengetahui para peziarah pada
hari dua hari yang mengiringi Jum’at (Hari Kamis dan Sabtu).
Ucapaan salam yang disampaikan saat melewati makbaroh atau berziarah
biasanya seperti yang banyak ditulis dalam kitab hadits yang sangat
banyak adalah dengan ungkapan:
ألسلام عليكم دار قوم مؤمنين وإنا ان شاء الله تعالى بكم لاحقون
“Semoga keselamatan atas kamu wahai kaum mu’minin yang ada di alam kubur, Insya Allah kami akan menyusul.”
Wallahu Alam .
“Semoga keselamatan atas kamu wahai kaum mu’minin yang ada di alam kubur, Insya Allah kami akan menyusul.”
Wallahu Alam .
ref http://cintaallah.org/yang-telah-meninggal/
SOAL MANAJEMEN RISIKO
Asumsikan Anda sebagai seorang pengusaha, dan bisnis anda hanya memiliki satu pelanggan, yaitu Pemerintah. jenis risiko apakah yang menjadi persoalan bagi perusahaan anda !
SOAL MANAJEMEN RISIKO
Asumsikan Anda sebagai seorang pengusaha, dan bisnis anda hanya memiliki satu pelanggan, yaitu Pemerintah. jenis risiko apakah yang menjadi persoalan bagi perusahaan anda !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar