Kamis, 30 Agustus 2012

Surat Al-Baqarah (2) Ayat 1 - 2

http://www.hasmi.org/tafsir-surah-al-baqarah-ayat-1S
“Alif laam miim.”(1)
“Kitab (Al-qur’an ) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(2)
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”(3)
“Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah di turunkan kepdamu dan kitab-kitab yang telah di turunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”(4)
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari  Rabb-Nya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”(5) 

PENJELASAN KATA
(الم) Alif Laam Miim : Ini termasuk huruf mutaqaththi’ah, di tulis dengan begandeng dan di baca dengan cara terputus-putus (Alif, Laam, Miim).  Surat-surat yang di awali dengan huruf  mutaqaththi’ah ada 29 surat, yang pertama adalah surat Al-Baqoroh ini dan yang terakhir adalah surat Nuun. Surat- surat tersebut ada yang di mulai dengan satu huruf, diantaranya surat Shaad,Qaaf  dan Nuun. Ada pula yang di mulai dengan dua huruf, diantaranya surat Thaa Haa, Yaa Siin dan Haa Miim. Dan ada pula yang dimulai dengan tiga,empat Dan lima huruf. Tidak ada riwayat yang kuat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang menafsirkan huruf-huruf tersebut. Yang lebih dekat dengan kebenaran adalah bahwa huruf-huruf tersebut termasuk ayat-ayat Mutasyabihat yang Allah Ta’ala menghususkan ilmu-Nya pada Diri-Nya. Karena itu, di katakan dalam menafsirkan Alif Laam Miim : Allahu A’lam bimurodhihi, yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala paling tahu akan maksudnya. Sebagian ulama menarik dua pelajaran dari keberadaan huruf-huruf  mutaqaththi’ah ini yakni :

Pertama : Bahwa ketika orang-orang musyrik menolak untuk mendengarkan Al-Qur’an karena khawatir  nantinya Al-Qur’an dapat mempengaruhi jiwa para pendengarnya , maka membaca huruf-huruf  tersebut merupakan argumentasi yang  unik bagi mereka untuk menarik perhatian mereka agar mau mendengarkan Al-Qur’an. Maka merekapun mau mendengarkan dan terpengaruh, lalu beriman dan ta’at. Ini merupakan pelajaran terbesar dalam masalah ini.

Kedua  : Tatkala orang-orang Musyrik mengingkari keberadaan Al-Qur’an sebagai kalam Allah Ta’ala, maka munculnya huruf-huruf ini menantang mereka dan berkata, “ Sesungguhnya Al-Qur’an ini tersusun dari huruf-huruf semacam ini, maka silahkan kalian menyusun (kitab) yang semisalnya”. Kesimpulan ini di kuatkan dengan penyebutan kata Al-Qur’an atau Al-Kitab”.Biasanya sesudah huruf-huruf tersebut , misalnya :
“Alif Laam Mim, Dzalikal Kitaab”
“Alif Laam Raa, Tilka Aayaatul Kitaab”
“Thaa Siin, Tilka Aayaatul Qur’an”
Seakan-akan huruf-huruf ini berbicara, “Sesungguhnya Al-Qur’an terdiri dari huruf-huruf ini juga, maka silahkan kalian menyusun Al-qur’an yang sebanding dengannya, tetapi jika kalian tidak mampu, maka menyerahlah, karena  AL-QUR’AN INI ADALAH WAHYU ALLAH, DAN BERIMANLAH KEPADANYA AGAR KALIAN SUKSES.”
 
 
 

ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (al - Baqarah : 2)
قَالَ اِبْن جُرَيْج قَالَ اِبْن عَبَّاس ذَلِكَ الْكِتَاب أَيْ هَذَا الْكِتَاب وَكَذَا قَالَ مُجَاهِد وَعِكْرِمَة وَسَعِيد بْن جُبَيْر وَالسُّدِّيّ وَمُقَاتِل بْن حَيَّان وَزَيْد بْن أَسْلَمَ وَابْن جُرَيْج أَنَّ ذَلِكَ بِمَعْنَى هَذَا
Ibnu Juraij menceritakan bahwa Ibnu Abbas mengatakan “ذَلِكَ الْكِتَابُ” berarti “Kitab ini”. Hal yang sama jug adikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, as-Suddi, Muqatil bin hayyan, Zaid bin Aslam, Ibnu Juraij, bahwa { ذَلِكَ } itu berarti “{هَذَا} (ini)”
Bangsa Arab berbeda pendapat mengenai kedua ismul insyarah (kata petunjuk) tersebut. Mereka sering memakai keduanya secara tumpang tindih. Dalam percakapan hal seperti itu sudah mendaji suatu yang dimaklumi. Dan hal itu juga telah di ceritakan oleh Imam Bukhori dari Mu’amamar bin Mutsanna, dari Abu ‘Ubaidah.
{ الْكِتَابُ} yang dimaksud dalam ayat diatas adalah al-Qur’an. Dan ar-Raib maknanya adalah { الشَّكّ} adalah ragu-ragu. { لا رَيْبَ فِيهِ} berarti tidak memiliki keraguan didalamnya, yaitu bahwa al Qur’an ini sama sekali tidak mengandung keraguan didalamnya, bahwa ia diturunkan dari sisi Allah, sebagaimana difirmankan dalam surah as-Sajdah:
تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. (as-Sajdah : 2)
Sebagian mufasir mengatakan bahwa arti dari { لا رَيْبَ فِيهِ} adalah janganlah kalian mengingkarinya.
Diantara ahli Qura’ ada yang menghentikan bacaan ketika samapa pada ayat { لا رَيْبَ }, dan memulainya kembali dengan firman-Nya, yaitu { فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ}. Dan ada juga yang menghendtikan bacaaan pada kata {لا رَيْبَ فِيه}. Bacaan yang terakhir inilah yang dipandang paling tepat, karena dengan bacaan seperti itu Firman-Nya, yaitu { هُدًى} menjadi sifat bagi al-Qur’an itu sendiri. Dan yang demikian itu lebih baik dan mendalam dari sekedar pengertian yang menyatakan adalanya petunjuk didalamnya.
Jika ditinjau dari bahasa lafazh { هُدًى}berkedudukan marfu’ sebagai na’at (sifat) dan bisa juga Manshub sebagai hal (keterangan keadaaan). Dan { هُدًى} /petuunjuk itu hanya diperuntukan bagi orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana Firman Allah
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus : 57)
As Suddi menceritakan, dari Abu malik dan dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas dan dari Murrah al-Hamdani, dari Ibnu mas’ud dari beberapa sahabat Rasulullah shalalllahu ‘alaihi wasallam, bahwa makna { هُدًى لِلْمُتَّقِينَ} adalah cahaya bagi orang-orang yang bertaqwa.
Abu Rauq menceritakan dari adh Dhahaq, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan {al-mutaqqiin} adalah orang-orang mu’min yang sangat takut berbuata syitik kepada Allah dan senantiasa berbuat taa kepada-Nya.
وَقَالَ مُحَمَّد بْن إِسْحَاق عَنْ مُحَمَّد بْن أَبِي مُحَمَّد مَوْلَى زَيْد بْن ثَابِت عَنْ عِكْرِمَة أَوْ سَعِيد بْن جُبَيْر عَنْ اِبْن عَبَّاس” لِلْمُتَّقِينَ ” قَالَ الَّذِينَ يَحْذَرُونَ مِنْ اللَّه عُقُوبَته فِي تَرْك مَا يَعْرِفُونَ مِنْ الْهُدَى وَيَرْجُونَ رَحْمَته فِي التَّصْدِيق بِمَا جَاءَ بِهِ
Muhammad bin Ishak, dari Muhammad bin Abi Muhammad Maula, Zaid bin tsabit, dari Ikrimah atau sa’id bin Jubair dari Ibnu abbas, ia mengatakan : al Muttaqqin adalah orang-orang yang senantiasa menghindari siksaaan Allah ta’ala dengan tidak meninggalkan petunjuk yang diketahuinya dan mengharapkan rahmat-Nya dalam mempercayai apa yang terkandung di dalam petunjuk tersebut.
Sufyan ats-Tsauri menceritakan dari seseorang, dari Haasan al bashri, ia berkata : Firman Allah { لِلْمُتَّقِينَ} adalah orang-orang yang benar-benar takut terhadap siksaan Allah bila mengerjakan apa yang telah diharamkan Allah kepada mereka, serta menunaikan apa yang telah diwajibkan kepada mereka.
Sedangkan Qatadah berkata { لِلْمُتَّقِينَ} adlaah mereka yang disifati Allah dalam firman-Nya :
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (al-Baqarah : 3)
Dan pendapat yang diambil oleh Ibnu Jarir adalah bahwa ayat ini mencakup kesemuanya dan itulah yang benar.







Sumber  :
http://www.hasmi.org/tafsir-surah-al-baqarah-ayat-1http://alhikmah.web.id/2009/06/tafsir-surah-al-baqarah-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar