PRINSIP
DASAR MANAJEMEN RISIKO (RISK
MANAGEMENT)
PENDAHULUAN
Tujuan
Konsep manajemen risiko mulai
diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era
tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident
model dari
ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan.
Tujuan dari manajemen risiko adalah
minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila
dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident
model dari ILCI, maka
manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian
tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya
manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian
maupun ‘accident’.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup proses manajemen risiko
terdiri dari:
- Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
- Identifikasi risiko,
- Analisis risiko,
- Evaluasi risiko,
- Pengendalian risiko,
- Pemantauan dan telaah ulang,
- Koordinasi dan komunikasi.
Aplikasi
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah
menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/
organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah
yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement).
Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang
tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan:
penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian
serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua
tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset.
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan
sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali
dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
Beberapa contoh penerapannya dapat
dilihat pada lampiran A.
Definisi
1. Konsekuensi
Akibat dari suatu kejadian yang
dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian,
sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa juga berupa
rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan berhubungan dengan
suatu kejadian.
2. Biaya
Dari suatu kegiatan, baik langsung dan
tidak langsung, meliputi berbagai dampak negatif, termasuk uang,
waktu, tenaga kerja, gangguan, nama baik, politik dan
kerugian-kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.
3. Kejadian
Suatu peristiwa (insiden) atau
situasi, yang terjadi pada tempat tertentu selama interval waktu
tertentu.
4. Analisis Urutan Kejadian
Suatu teknik yang menggambarkan
rentangan kemungkinan dan rangkaian akibat yang bisa timbul dari
proses suatu kejadian.
5. Analisis Urutan Kesalahan
Suatu metode sistem teknik untuk
menunjukkan kombinasi-kombinasi yang logis dari berbagai keadaan
sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin bisa berkontribusi terhadap
kejadian tertentu (disebut kejadian puncak).
6. Frekuensi
Ukuran angka dari peristiwa suatu
kejadian yang dinyatakan sebagai jumlah peristiwa suatu kejadian
dalam waktu tertentu. Terlihat juga seperti kemungkinan dan peluang.
7. Bahaya (hazard)
Faktor intrinsik yang melekat pada
sesuatu dan mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian.
8. Monitoring/
Pemantauan
Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan
secara kritis, atau Pencatatan kemajuan dari suatu kegiatan,
tindakan, atau sistem untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi.
9. Probabilitas
Digunakan sebagai gambaran kualitatif
dari peluang atau frekuensi.
Kemungkinan dari kejadian atau hasil
yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang
spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil.
Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0
menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan
kejadian atau hasil yang pasti.
10.
Risiko Ikutan
Tingkat risiko yang masih ada setelah
manajemen risiko dilakukan.
11.
Risiko
Peluang terjadinya sesuatu yang akan
mempunyai dampak terhadap sasaran. Ini diukur dengan hukum sebab
akibat. Variabel yang diukur biasanya probabilitas, konsekuensi dan
juga pemajanan.
12.
Penerimaan Risiko (acceptable
risk)
Keputusan untuk menerima konsekuensi
dan kemungkinan risiko tertentu.
13.
Analisis risiko
Sebuah sistematika yang menggunakan
informasi yang didapat untuk menentukan seberapa sering kejadian
tertentu dapat terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut.
14. Penilaian
risiko
Proses analisis risiko dan evalusi
risiko secara keseluruhan. Lihat diagram 3.1
15.
Penghindaran risiko
Keputusan yang diberitahukan tidak
menjadi terlibat dalam situasi risiko.
16.
Pengendalian risiko
Bagian dari manajemen risiko yang
melibatkan penerapan kebijakan, standar, prosedur perubahan fisik
untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.
17.
Evaluasi risiko
Proses yang biasa digunakan untuk
menentukan manajemen risiko dengan membandingkan tingkat risiko
terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat risiko dan
kriteria lainnya.
18.
Identifikasi Risiko
Proses menentukan apa yang dapat
terjadi, mengapa dan bagaimana.
19.
Pengurangan Risiko
Penggunaan/ penerapan prinsip-prinsip
manajemen dan teknik-teknik yang tepat secara selektif, dalam rangka
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau konsekuensinya,
atau keduanya.
20.
Pemindahan Risiko (risk
transfer)
Mendelegasikan atau memindahkan suatu
beban kerugian ke suatu kelompok/ bagian lain melalui jalur hukum,
perjanjian/ kontrak, asuransi, dan lain-lain. Pemindahan risiko
mengacu pada pemindahan risiko fisik dan bagiannya ke tempat lain.
(PRA)SYARAT
MANEJEMEN RISIKO
Tujuan
Tujuan dari
bagian ini adalah untuk menggambarkan proses formal (harus dilakukan)
untuk menjalankan sebuah program manajemen risiko yang sistematik.
Perkembangan
dari kebijakan manajemen risiko sebuah organisasi dan mekanisme
pendukungnya diperlukan untuk memberikan pola kerja dalam menjalankan
program manajemen risiko yang rinci dalam sebuah proyek atau tingkat
sub-organisasi.
Kebijakan
Manajemen Risiko
Eksekutif
organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan kebenaran dari
kebijakan manajemen risikonya, termasuk tujuannya untuk apa, dan
komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks
strategi dan tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat
dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa
kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di
setiap tingkatan organisasi.
Perencanaan
Dan Pengelolaan Hasil
1. Komitmen
Manajemen.
Organisasi
harus dapat memastikan bahwa:
- Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar
- Hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan.
2.
Tanggung jawab dan kewenangan
Tanggung jawab, kekuasaan
dan hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan
fungsi kerja didalam manajemen risiko harus terdokumentasikan
khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
- Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko.
- Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat diterima.
- Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko.
- Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.
- Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.
- Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
3.
Sumber
Organisasi harus dapat
mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya manusia (SDM)
yang diperlukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualifikasi SDM
perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan dengan
pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.
Implementasi
Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar
implementasi sistem manajemen risiko dapat berjalan secara efektif
pada sebuah organisasi. Contoh implementasi dapat dilihat pada
lampiran B. Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung pada
filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.
Tinjauan
Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada
tahap yang spesifik, harus dapat memastikan kesesuaian kegiatan
manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan standar yang digunakan
dan dengan tahap-tahap berikutnya.
(lihat klausa 2.2).
GAMBARAN
MANEJEMEN RISIKO
Umum
Manajemen risiko adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari manajemen proses. Manajemen risiko adalah
bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan pelaksananya
terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen
risiko adalah proses yang berjalan terus menerus.
Elemen Utama
Elemen utama dari proses manajemen
risiko, seperti yang terlihat pada gambar 3.1 meliputi:
- Penetapan tujuan
Menetapkan strategi, kebijakan
organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.
- Identifkasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan
bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk
analisis lebih lanjut.
- Analisis risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan
probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan
tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut
(probabilitas X konsekuensi).
- Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada
dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk
beberapa hazards
dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko
ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang
dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa
harus melakukan pengendalian.
- Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat
probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai
alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
- Monitor dan Review
Monitor
dan review
terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
- Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan
pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari
hasil manajemen risiko yang dilakukan.
Manajemen risiko dapat diterapkan di
setiap level di organisasi. Manajemen risiko dapat diterapkan di
level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga dapat
diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu proses
pengambilan keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko
yang spesifik.
PROSES
MANAJEMEN RISIKO
Menetapkan
Konteks
1.
Umum
Pada dasarnya urutan kegiatan dalam
proses manajemen risiko ini menggambarkan beberapa konsep dasar
sebagai berikut:
- Urutan tahapan manajemen risiko menggambarkan siklus ‘problem solving’.
- Manajemen risiko bersifat preventif.
- Manajemen risiko sejalan dengan konsep ‘continuous improvement’.
- Manajemen risiko fokus pada ruang lingkup masalah yang akan dikelola.
Proses
Manajemen Risiko secara rinci terlihat pada gambar 4.1.
2.
Konteks Strategis
Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah: mendefinisikan
hubungan antara organisasi dan lingkungan sekitarnya,
mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, kesempatan dan rintangan.
Konteksnya meliputi bidang keuangan, bidang operasional, pesaing,
bidang politik (persepsi umum), sosial, klien, budaya dan bidang
legal dari fungsi organisasi.
Mengidentifikasi
faktor pendukung internal dan eksternal dan mempertimbangkan tujuan,
menjadikannya dalam bentuk persepsi dan menerbitkan peraturan.
Intinya tahapan ini melakukan eksplorasi terhadap semua faktor yang
dapat mendukung dan menghambat jalannya kegiatan manajemen risiko
selanjutnya.
Catatan:
Lampiran C menjabarkan daftar faktor-faktor pendukung dan
potensi-potensi yang ada.
Tahap
ini berfokus pada lingkungan dimana organisasi itu berada. Sebuah
organisasi seharusnya mencoba menetapkan elemen-elemen penting yang
mungkin mendukung atau menghambat kemampuan untuk mengelola risiko
yang dihadapi, analisa strategis harus dibuat. Hal ini seharusnya
didukung pada level eksekutif, membuat parameter dasar dan memberikan
bimbingan lebih rinci bagi proses manajemen risiko. Dimana seharusnya
ada hubungan yang erat antara misi organisasi atau tujuan organisasi
atau tujuan strategis dengan pengelolaan dari seluruh risiko yang
akan dilakukan.
3. Konteks Organisasi
Sebelum studi manajemen risiko
dilakukan, merupakan hal penting untuk memahami kondisi organisasi
dan kemampuannya, seperti halnya pemahaman terhadap tujuan, sasaran
dan strategi yang dibuat untuk manajemen risiko.
Merupakan
hal penting memahami alasan-alasan berikut:
- Manajemen risiko menempati konteks sebagai tujuan tahap dekat untuk mencapai tujuan organisasi dan strategi organisasi, karena hasil manajemen risiko barulah tahap awal untuk terciptanya ‘continuous improvement’.
- Kegagalan pencapaian sebuah objektif dari organisasi bisa dilihat sebagai salah satu risiko yang harus dikelola.
- Jelasnya kebijakan dan pengertian tujuan organisasi akan sangat membantu dalam menentukan kriteria penilaian terhadap risiko yang ada, apakah dapat diterima/ tidak, demikian juga dengan penentuan pilihan-pilihan pengendaliannya.
- Konteks Manajemen Risiko
Tujuan, strategi, ruang lingkup dan
parameter dari aktifitas, atau bagian dari organisasi dimana proses
manajemen risiko harus dilaksanakan, dan ditetapkan. Proses itu
sebenarnya dilakukan dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang
untuk memenuhi keseimbangan biaya, keuntungan dan kesempatan.
Prasyarat sumber risiko dan pencatatannya dibuat secara spesifik.
Isi
dan ruang lingkup dari aplikasi proses manajemen risiko, meliputi :
- Identifikasi tujuan dari proyek yang akan dilakukan (sejalan dengan manajemen perusahaan).
- Penentuan waktu dan tempat pelaksanaan proyek.
- Identifikasi studi yang diperlukan lengkap dengan ruang lingkupnya, prasyarat, dan objektifitasnya.
- Menentukan cakupan dan ruang lingkup dari aktifitas manajemen risiko. Kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
i. Penentuan wilayah tanggung jawab
setiap unit (siapa yang berwenang).
ii. Hubungan antara proyek yang satu
dengan yang lainnya dalam organisasi tersebut (koordinasinya).
- Pengembangan Kriteria Dalam Melakukan Evaluasi Risiko
Tentukan kriteria yang diduga akan
menghambat evaluasi risiko yang akan dilakukan. Hal tersebut
ditentukan oleh kesesuaian dan perlakuan risiko yang didasari
kegiatan operasional, teknis, dana, hukum, sosial, kemanusiaan atau
kriteria lainnya. Biasanya hal tersebut tergantung dari kebijakan
internal, tujuan, objektifitas, dan kebijakan organisasi perusahaan.
Kriteria dipengaruhi oleh persepsi
internal dan eksternal, serta ketentuan hukum. Sangat penting untuk
menyesuaikan kriteria tersebut dengan lingkungan yang ada. Kriteria
risiko harus dibuat sesuai dengan jenis risiko yang ada dan level
risikonya.
6.
Mendefinisikan struktur
Termasuk didalamnya yaitu memisahkan
aktivitas atau proyek kedalam elemen-elemen. Elemen-elemen ini
menyediakan suatu kerangka logis untuk mengidentifikasi dan
menganalisis agar dapat disusun urutan risiko yang signifikan.
Struktur yang dipilih tergantung dari risiko dan ruang lingkup
aktivitas/ proyek.
Identifikasi Risiko
1. Umum
Pada tahap ini dilakukan identifikasi
terhadap risiko yang akan dikelola. Identifikasi harus dilakukan
terhadap semua risiko, baik yang berada didalam ataupun diluar
organisasi.
2. Apa Yang Dapat Terjadi
Tujuannya adalah untuk menyusun daftar
risiko secara komprehensif dari kejadian-kejadian yang dapat
berdampak pada setiap elemen kegiatan. Perlu juga dilakukan
pencatatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang ada
secara rinci sehingga menggambarkan proses yang terjadi. Pada
dasarnya tahap ini memberikan eksplorasi gambaran permasalahan yang
sedang dihadapi. Tahap ini nantinya akan memberikan besaran
konsekuensi yang dapat terjadi. Konsekuensi merupakan salah satu
variabel penting untuk penentuan level risiko nantinya.
3. Bagaimana Dan Mengapa Itu
Terjadi
Pada tahap ini dilakukan penyusunan
skenario proses kejadian yang akan menimbulkan risiko berdasarkan
informasi gambaran hasil eksplorasi masalah diatas. Skenario menjadi
penting untuk memberikan rangkaian ‘cerita’ tentang proses
terjadinya sebuah risiko, termasuk faktor-faktor yang adapat diduga
menjadi penyebab ataupun mempengaruhi timbulnya risiko. Tahap ini
akan memberikan rentang probabilitas yang ada. Sebagaimana
konsekuensi, maka probabilitas juga merupakan variabel penting yang
akan menentukan level risiko yang ada.
4. Peralatan Dan Teknik
Pendekatan yang digunakan untuk
identifikasi risiko diantaranya, checklist,
penilaian berdasarkan pengalaman dan pencatatan, flowcharts,
brainstorming,
analisis sistem, analisis skenario, dan teknik sistem engineering.
Analisis Risiko
1. Umum
Tujuan dari analisis risiko adalah
untuk membedakan risiko minor yang dapat diterima dari risiko mayor,
dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penanganan
risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko, dan
konsekuensinya. Faktor yang mempengaruhi konsekuensi dapat
teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi
konsekuensi dan perhitungan terhadap program pengendalian yang selama
ini sudah dijalankan.
Analis pendahuluan dapat dibuat untuk
mendapatkan gambaran seluruh risiko yang ada. Kemudian disusun urutan
risiko yang ada. Risiko-risiko yang kecil untuk sementara diabaikan
dulu. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang cukup signifikan
dapat menimbulkan kerugian.
- Menetapkan/ Determinasi Pengendalian Yang Sudah Ada
Identifikasi manajemen, sistem teknis
dan prosedur-prosedur yang sudah ada untuk pengendalian risiko,
kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya. Alat-alat yang
digunakan dinilai kesesuainnya. Pendekatan-pendekatan yang dapat
dilakukan misalnya, seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan
penilaian sendiri/ professional
judgement (Control
Self-Assessment Techniques/ CST).
3. Konsekuensi/ Dampak Dan
Kemungkinan
Konsekuensi dan probabilitas adalah
kombinasi/ gabungan untuk memperlihatkan level risiko. Berbagai
metode bisa digunakan untuk menghitung konsekuensi dan probabilitas,
diantaranya dengan menggunakan metode statistik.
Metode lain yang juga bisa digunakan
jika data terdahulu tidak tersedia, dengan melakukan ekstrapolasi
data-data sekunder secara umum dari lembaga-lembaga internasional
maupun industri sejenis. Kemudian dibuat estimasi/ perkiraan secara
subyektif. Metode ini disebut metode penentuan dengan professional
judgement. Hasilnya dapat
memberikan gambaran secara umum mengenai level risiko yang ada.
Sumber informasi yang dapat digunakan
untuk menghitung konsekuensi diantaranya adalah:
- Catatan-catatan terdahulu.
- Pengalaman kejadian yang relevan.
- Kebiasaan-kebiasaan yang ada di industri dan pengalaman-pengalaman pengendaliannya.
- Literatur-literatur yang beredar dan relevan.
- Marketing test dan penelitian pasar.
- Percobaan-percobaan dan prototipe.
- Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain.
- Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar.
Sedangkan
teknik-tekniknya adalah:
- Wawancara yang terstruktur dengan para pakar yang terkait.
- Menggunakan berbagai disiplin keilmuan dari para pakar.
- Evaluasi perorangan dengan menggunakan kuesioner.
- Menggunakan sarana komputer dan lainnya.
- Menggunakan pohon kesalahan (fault tree) dan pohon kejadian (event tree).
4. Tipe Analisis
Analisis risiko akan tergantung
informasi risiko dan data yang tersedia. Metode analisis yang
digunakan bisa bersifat kualitatif,
semi kuantitatif, atau
kuantitatif bahkan
kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisinya.
Urutan kompleksitas serta besarnya
biaya analisis (dari kecil hingga besar) adalah: kualitatif, semi
kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
memberikan gambaran umum tentang level risiko. Setelah itu dapat
dilakukan analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk lebih
merinci level risiko yang ada.
Penjelasan tentang karakteristik
jenis-jenis analisis tersebut dapat dilihat dibawah ini:
- Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk
kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi
risiko yang akan diukur. Hasilnya misalnya risiko dapat termasuk
dalam:
- Risiko rendah
- Risiko sedang
- Risiko tinggi
Catatan: Tabel E1 dan E2 dalam
lampiran E menggambarkan contoh bentuk kualitatif yang mudah atau
skala deskriptif dari kemungkinan-kemungkinan yang ada. Tabel E3
adalah sebuah contoh dari sebuah matriks yang dibuat berdasarkan
prioritas kelas dengan menggambungkan kemungkinan-kemungkinan
tersebut. Tabel tersebut perlu ditata kembali sesuai kebutuhan dari
organisasi yang individu atau subjek tertentu dari penilaian suatu
risiko.
Analisis kualitatif digunakan untuk
kegiatan skrining awal pada risiko yang membutuhkan analisis lebih
rinci dan lebih mendalam.
- Analisis Semi-Kuantitatif
Pada analisis semi kuantitatif, skala
kualitatif yang telah disebutkan diatas diberi nilai. Setiap nilai
yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun
probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko mempunyai
tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai
100. setelah itu dilihat tingkat konsekuensi yang dapat terjadi
sangat parah, lalu diberi nilai 50. Maka tingkat risiko adalah 100 x
50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian dikonfirmasikan dengan
tabel standar yang ada (misalnya dari ANZS/ Australian New Zealand
Standard, No. 96, 1999).
Kehati-hatian harus dilakukan dalam
menggunakan analisis semi-kuantitatif, karena nilai yang kita buat
belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah
risiko. Ketepatan perhitungan akan sangat bergantung kepada tingkat
pengetahuan tim ahli dalam analisis tersebut terhadap proses
terjadinya sebuah risiko. Oleh karena itu kegiatan analisis ini
sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu dan background,
tentu saja juga melibatkan manajer ataupun supervisor
di bidang operasi.
- Analisis Kuantitatif
Analisis dengan metode ini menggunakan
nilai numerik. Kualitas dari analisis tergantung pada akurasi dan
kelengkapan data yang ada. Konsekuensi dapat dihitung dengan
menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan
kejadian atau dengan mempekirakan kemungkinan dari studi eksperimen
atau data sekunder/ data terdahulu.
Probabilitas biasanya dihitung sebagai
salah satu atau keduanya (exposure
dan probability).
Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian digabung
untuk menetapkan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan
berbeda-beda menurut jenis risiko yang ada.
5. Sensitifitas Analisis
Tingkatan sensitifitas analisis
(dimulai dari yang paling sensitif sampai dengan yang kurang
sensitif) adalah:
- Analisis Kuantitatif
- Analisis Semi-kuantitatif
- Analisis Kualitatif
Evaluasi Risiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan
tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko
dengan kriteria standar yang digunakan.
Hasil Evaluasi risiko diantaranya
adalah:
- Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
- Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
- Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter biaya ataupun parameter lainnya.
- Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko meliputi
identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko, analisis
pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan
pengendalian.
1. Identifikasi
Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko
Gambar 4.2 menjelaskan proses
pengendalian risiko. Alternatif-alternatif pengendalian yang dapat
dilakukan dapat dilihat di bawah ini:
- Penghindaran risiko
Beberapa pertimbangan penghindaran
risiko :
- Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian risiko.
- Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko.
- Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian.
- Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian risiko yang dilakukan sendiri.
- Alokasi sumber daya tidak terganggu.
b. Mengurangi probabilitas
Contoh dapat di lihat
di Lampiran G
c. Mengurangi konsekuensi
Contoh dapat di lihat di Lampiran
G
d. Transfer risiko
Alternatif transfer risiko ini,
dilakukan setelah dihitung keuntungan dan kerugiannya. Transfer
risiko ini bisa berupa pengalihan risiko kepada pihak kontraktor.
Oleh karena itu didalam perjanjian kontrak dengan pihak kontraktor
harus jelas tercantum ruang lingkup pekerjaan dan juga risiko yang
akan ditransfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin terjadi dapat
juga di transfer risikonya dengan pihak asuransi
2.
Penilaian Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko
Pilihan sebaiknya dinilai atas dasar/
besarnya pengurangan risiko dan besarnya tambahan keuntungan atau
kesempatan yang ada. Seleksi dari alternatif yang paling tepat
meliputi keseimbangan biaya pelaksanaan terhadap keuntungan.
Walaupun pertimbangan biaya menjadi
faktor penting dalam penentuan alternatif pengendalian risiko, tetapi
faktor waktu dan keberlangsungan operasi tetap menjadi pertimbangan
utama.
Biaya
dari pengurangan risiko ($)
Gambar
... Biaya Dari Ukuran Pengurangan Risiko
Seringkali perusahaan bisa mendapatkan
manfaat besar dari pilihan kombinasi alternatif-alternatif
pengendalian yang tersedia. Oleh karena itu sebenarnya tidak pernah
terjadi penggunaan alternatif tunggal dalam proses pengendalian
risiko.
3.
Rencana Persiapan Pengendalian
Setelah
ditentukan alternatif pengendalian risiko yang paling tepat, langkah
berikutnya adalah menyusun rencana persiapan. Rencana persiapan ini
berkaitan dengan pertanggungjawaban, jadwal waktu, anggaran, ukuran
kinerja, dan tempat.
Untuk
lebih jelasnya, tercatat pada bagian H5, Lampiran H.
4. Implementasi
Perbaikan Program
Idealnya, tanggungjawab dari
pengendalian risiko seharusnya dilakukan oleh mereka yang benar-benar
mengerti. Tanggung jawab tersebut harus disetujui lebih awal.
Pelaksanaan pengendalian risiko yang baik membutuhkan sistem
manajemen yang efektif, pembagian tanggungjawab yang jelas dan
kemampuan individu yang handal.
Pemantauan
Dan Telaah Ulang
Pemantauan selama pengendalian risiko
berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang
bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah
ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada
prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk dilakukan untuk
menjamin terlaksananya seluruh proses manajemen risiko dengan
optimal.
Komunikasi
Dan Konsultasi
Komunikasi dan konsultasi merupakan
pertimbangan penting pada setiap langkah atau tahapan dalam proses
manejemen risiko. Sangat penting untuk mengembangkan rencana
komunikasi, baik kepada kontributor internal maupun eksternal sejak
tahapan awal proses manajemen risiko.
Komunikasi dan konsultasi termasuk
didalamnya dialog dua arah diantara pihak yang berperan didalam
proses manajemen risiko dengan fokus terhadap perkembangan kegiatan.
Komunikasi internal dan eksternal yang
efektif penting untuk meyakinkan pihak manajemen sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Persepsi risiko dapat bervariasi
karena adanya perbedaan dalam asumsi dan konsep, isu-isu, dan fokus
perhatian kontributor dalam hal hubungan risiko dan isu yang
dibicarakan. Kontributor membuat keputusan tentang risiko yang dapat
diterima berdasarkan pada persepsi mereka terhadap risiko. Karena
kontributor sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan maka sangat
penting bagaimana persepsi mereka tentang risiko sama halnya dengan
persepsi keuntungan-keuntungan yang bisa didapat dengan pelaksanaan
manajemen risiko.
DOKUMENTASI
Umum
Setiap tingkatan dari proses manajemen
risiko harus didokumentasikan. Dokumentasi harus meliputi asumsi,
metode, sumber data dan hasil.
Alasan
Pendokumentasian
Alasan
untuk pendokumentasian adalah sebagai berikut:
- Menggambarkan proses manajemen risiko yang dilaksanakan telah berjalan dengan tepat.
- Memberikan masukan data dan informasi untuk proses identifikasi dan analisis risiko.
- Menyediakan daftar risiko yang ada dan mengembangkan database organisasi.
- Menyediakan informasi untuk proses pengambilan keputusan yang relevan dengan rencana dan pelaksanaan manajemen risiko.
- Menyediakan informasi untuk mekanisme tanggung gugat dan peralatan.
- Memfasilitasi pengawasan dan review yang berkelanjutan.
- Menyediakan informasi yang diperlukan untuk uji coba audit, dan
- Mensosialisasikan dan mengkomunikasikan informasi yang berhubungan dengan manajemen risiko.
Lihat
lampiran H.
Lampiran
B
LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGEMBANGAN
DAN PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
TAHAP
1: Dukungan dari senior manajemen
Mengembangkan filosofi dan kesadaran
pengorganisasian manajemen risiko pada tingkat senior manajemen. Hal
ini mungkin dapat difasilitasi dengan pelatihan, pendidikan, dan
keterangan singkat dari eksekutif manajemen.
- Dukungan aktif yang berkesinambungan dari Pimpinan Eksekutif suatu organisasi sangatlah penting.
- Seorang senior eksekutif manajer perlu memberikan dukungan kepada para pekerja untuk berinisiatif melaksanakan manajemen risiko.
- Semua senior eksekutif sebaiknya memberikan dukungan penuh.
TAHAP
2: Pengembangan kebijakan organisasi
Pengembangan dan dokumentasi kebijakan
perusahaan serta kerangka berfikir untuk mengelola risiko, berisi
informasi-informasi seperti:
- Obyektifitas kebijakan dan dasar berfikir untuk mengelola risiko;
- Hubungan antara kebijakan dan strategi organisasi/ rencana perusahaan;
- Batasan atau jangkauan dari isu-isu yang ada didalam sebuah kebijakan;
- Pimpinan diharapkan dapat menjadi teladan;
- Pembagian tanggungjawab dalam pengelolaan risiko;
TAHAP 3: Komunikasi Peraturan
Tujuan :
- Meningkatkan kesadaran akan manajemen risiko.
- Mengkomunikasikan sampai tingkat terendah diorganisasi tentang manajemen risiko dan peraturan organisasi.
- Merekrut ahli manajemen risiko, contohnya konsultan.
- Mengembangkan keahlian sampai staf terendah dengan pendidikan dan pelatihan.
- Menjamin terciptanya pelaksanaan sistem penghargaan dan sangsi.
TAHAP
4: Manajemen Risiko Pada Tingkat Organisasi
Pengaturan pada level organisasi
terendah dalam mengaplikasikan sistem manajemen risiko. Proses
manajemen risiko akan berintegrasi dengan strategi perencanaan dan
proses manajemen organisasi secara keseluruhan. Ini akan melibatkan
tehnik pendokumentasian sbb:
- Organisasi dan konteks manajemen risiko.
- Identifikasi risiko untuk organisasi.
- Analisis dan Evaluasi risiko yang ada.
- Pengendalian risiko.
- Mekanisme pemantauan dan telaah ulang program.
- Strategi peningkatan kesadaran dengan metode pelatihan dan pendidikan.
TAHAP
5: Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko melalui rencana
kegiatan program dan tingkatan tim. Pada tahap ini perlu dilakukan
pengembangan sebuah program untuk pengendalian risiko di
masing-masing bagian maupun area organisasi.
TAHAP
6: Monitoring dan Telaah Ulang
Pengembangan dan pelaksanaan setiap
tahapan manajemen risiko perlu dipantau untuk menjamin terciptanya
optimalisasi manajemen risiko. Kegiatan ini juga bertujuan untuk
menjamin bahwa implementasi manajemen risiko tetap sejalan dengan
kebijakan perusahaan. Perlu juga dipahami bahwa risiko adalah sesuatu
yang dapat berubah setiap waktu (dinamis tidak statis) dan telaah
ulang langkah-langkah yang diambil merupakan hal yang penting. Pada
intinya kegiatan pemantauan dan telaah ulang ini akan menjamin
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan manajemen risiko agar berjalan
optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar