Selasa, 23 Oktober 2012

Renungan Menyambut Hari Raya Idhul Adha

Renungan Jelang Hari Raya Idul Adha

Renungan Jelang Hari Raya Idul Adha . Waktu terasa berjalan begitu cepat, betapa tidak, rasanya baru kemarin merayakan Hari Raya Idul Adha dengan prosesi Shalat sunah Idul Adha dilanjutkan penyembelihan hewan Qurban di depan Masjid dilanjut Makan Sate rame2, sekarang tinggal 3 hari lagi menuju tanggal 10 Dzul Hijjah 1433 H prosesi atau ritual itu akan terulang kembali.
Dalam Wikipedia Indonesia disebutkan bahwa Idul Adha (di Republik Indonesia,  Hari Raya Haji, bahasa Arab: عيد الأضحى) adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim (Abraham), yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, akan mengorbankan putranya Ismail, kemudian digantikan oleh-Nya dengan seekor domba.
Dengan demikian Hari Raya Idul Adha disebut juga Hari Raya Qurban atau dimasyarakat ada juga yang menyebut Hari Raya atau Lebaran Haji ( walau ini katanya kurang tepat ). Okelah apapun namanya, disini kita tak membahas soal itu, saya hanya ingin mengajak pembaca untuk menyimak sebuah Renungan Jelang Hari Raya Idul Adha 1433 H  yang sangat identik dengan Hari Raya Qurban .
Renungan ini hasil  copas dari blog tetangga yang berbicara tentang Qurban dan keikhlasannya.  kisah yang sangat menarik untuk kita jadikan bahan renungan tentang pengorbanan seorang anak kepada orang tuanya . Dengan mata berkaca-kaca menahan haru, sengaja  share disini sekedar berbagi info dengan sobat lainnya. Selamat menyimak dan mengambil hikmahnya
Seorang pedagang hewan qurban berkisah tentang pengalamannya: Seorang ibu datang memperhatikan dagangan saya. Dari penampilannya sepertinya tak akan mampu membeli. Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya, “Silahkan bu…”, lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya,”kalau yang itu berapa Pak?”.
“OOh.. Yang itu 700 ribu ” jawab saya. “Harga pasnya berapa?”, Tanya Si Ibu “600 deh, harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah…… . “Tapi, uang saya hanya 500 ribu, boleh atau tidak  pak?”, pintanya…  Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diambil keputusan untuk diberikan saja dengan harga 500 ribu itu kepada ibu tersebut.
Sayapun mengantar hewan qurban itu sampai kerumahnya, begitu tiba dirumahnya, “Astaghfirullah……, Allahu Akbar…, terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu.
Renungan Qurban
Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug berlantai tanah tersebut. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik,. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal yang sudah lusuh.
Diatas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak…..bangun mak, nih lihat saya bawa apa?”, kata ibu itu pada nenek yg sedang rebahan sampai akhirnya terbangun. “Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban, nanti kita antar ke Masjid ya mak….”, kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.
Si nenek sangat terkaget meski nampak bahagia, sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap, “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban”.
“Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama ibu saya….”, kata ibu itu
Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa , “Ya Allah…, Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa”.
“Pak, ini ongkos Bajaynya…”, panggil ibu itu,”sudah bu, biar ongkos kendaraanya saya yang bayar’, kata saya.
Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya…….
Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan, kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada keengganan untuk berkurban, padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan.
Subhanallah … sungguh mulia bagi orang yang mau berkurban secara tulus dan ikhlas  demi orang tuanya… yang bahkan seara syariat keluarga seperti dia tak perlu berkurban malah wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang lebih berada.
Demikianlah Renungan Jelang Hari Raya Idul Adha 1433 H  yang sangat identik dengan Hari Raya Qurban .
Bagi Para sahabat yang saya cintai
Selamat Hari Raya Idul Adha
Semoga hidupmu dipenuhi kelezatan,
selezat sate kambing di hari raya qurban.
Imanmu dipenuhi ketegaran,
setegar Ismail dan domba sembelihan.
Serta hari-harimu dalam bimbingan,
seperti Ibrahim sang Kekasih Tuhan.

Ya Allah..
Jadikanlah setiap helaan nafas kami sebagai bukti cinta kepada’Mu.
dan pengorbanan kami sebagai bukti kami mendekati’Mu.

Selamat Hari Raya Idul 
Adha



Sumber : http://saungweb.blogspot.com/2012/10/renungan-jelang-hari-raya-idul-adha.html#ixzz2AAyKIE2f



Soal No. 3  Penganggaran


Perusahaan akan menyusun anggaran variabel tahun 2001 departemen produksi dengan data-data tahun 2000.
Biaya produksi pada berbagai tingkat aktivitas adalah sebagai berikut :

Biaya Produksi
No
Jenis Biaya
Januari
Juli
November
5.000 unit
8.000 unit
10.000 unit
1
2
3
4
5
6
7
8
Bahan baku
Tenaga kerja langsung
Depresiasi
Bahan penolong
Tenaga kerja tidak langsung
Gaji pegawai
Biaya pemeliharaan
Biaya lain-lain
10.000.000
3.000.000
1.500.000
500.000
600.000
6.000.000
2.000.000
4.200.000
16.000.000
4.800.000
1.500.000
800.000
600.000
6.000.000
2.800.000
5.100.000
20.000.000
6.000.000
1.500.000
1.000.000
600.000
6.000.000
3.600.000
6.000.000

Jumlah
27.800.000
37.600.000
44.700.000

Diminta menentukan :
  1. Anggaran variabel dalam bentuk formula
  2. Anggaran variabel dalam bentuk tabel (produksi 6.000 unit, 7.500 unit, dan 9.000 unit)
  3. Anggaran variabel dalam bentuk grafik
  4. Berapa besarnya anggaran iaya produksi pada tahun 2001 bila anggaran produksi 1 tahun sebesar 60.000 unit.


Puasa Sebelum Hari Raya Idul Adha

PUASA 2 HARI SEBELUM HARI RAYA IDUL ADHA

Hari ni dah ari Rabu bersamaan 8 zulhijjah. ga lame lagi Hari Raya Idul Adha atau lebih dikenali sebagai Raya Qurban tanah airku.Ayo kita  ramai-ramai untuk puasa Sunat pada 8 & 9 Zulhijjah. 2 hari sebelum Hari Raya Haji. Mungkin ramai yang tak tau and jarang amalkan. Ape kata kali ni kita berazam utk mengamalkannya dan terus istiqamah hinggan akhir hayat kita nnt, insya Allah.

Untuk pengetahuan, puasa pada 8 Zulhijjah dikenali sebagai PUASA HARI TARWIYAH dan pada 9 Zulhijjah dikenali sebagai PUASA HARI ARAFAH.

Niatnya Sangat mudah:
“Sahaja aku puasa sunat Hari Tarwiyah/Hari Arafah kerana Allah Ta’ala”


Kalau puasa hari Arafah (tanggal 9 Dzul Hijjah), para ulama memfatwakan bahwa puasa pada hari itu hukumnya sunat, bahkan termasuk sunat muakkadah. Dasar hukumnya sebagaimana hadis Rasulullah Saw:

Dari Abi Qatadah r.a., ia berkata Rasulullah Saw. telah bersabda: "Puasa hari Arafah itu dapat menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang."
(Riwayat Jama'ah kecuali Bukhari dan Tarmidzi)

Kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan ibadah haji, maka tidak disunatkan berpuasa, sesuai dengan sabda Nabi Saw. dibawah ini:

"Dari Abi Hurairah r.a., ia berkata, "Rasulullah Saw. telah melarang puasa pada hari Arafah di Padang Arafah."
(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa-i, dan Ibnu Majah)

Kedua hadis tersebut antara lain terdapat dalam kitab-kitab:
- Fiqhus Sunnah, karya Sayid Sabiq, juz I, halaman 380
- At-Targhib Wat-Tarhib, karya Al-Hafizh Al-Mundziri, juz II, halaman 111-112

Begitu pula para ulama, mereka memfatwakan bahwa puasa sepuluh hari (kecuali hari Id) dari awal bulan Dzulhijjah hukumnya sunat, berdasarkan hadis berikut:

"Dari Siti Hafshah r.a. ia berkata, ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah Saw.: Puasa Asyura (tanggal 10 Muharram), puasa sepuluh hari (di bulan Dzulhijjah), puasa tiga hari pada setiap bulan dan melakukan salat dua rakaat sebelum salat subuh."
(Riwayat Ahmad dan Nasa-i dalam kitab Fiqhus Sunnah, juz I, halaman 380; dan Sunan Nasa-i, juz IV, halaman 220)

Tidak ada satu hadis pun yang jelas dan tegas menyatakan sunat berpuasa pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah). Namun perlu kita ketahui, banyak fuqaha yang memfatwakan bahwa puasa pada hari Tarwiyah itu hukumnya sunat berdasarkan dua alasan berikut:

* Atas dasar ihtiyath (berhati-hati) dan cermat dalam mengupayakan mendapat fadilah puasa Arafah yang begitu besar. Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu'in berkata:
Termasuk sunat muakad