Minggu, 06 September 2015

Selamat hari Lahir ..... Untuk Mu ......




Selamat ulang tahun cinta * 8 September *. Semoga rahmat dan berkahNya selalu tercurahkan kepada engkau. Semoga engkau bisa menjadi wanita sholehah yang bermanfaat bagi Islam, keluarga, dan sanak saudara. Semoga di sisa umur, engkau selalu diliputi cintaNya dan dianungi kasih sayangNya.
Salam sayang, RR




Kata-kata itu hanya bisa kupendam dalam-dalam. Kata-kata itu hanya kupendam dalam salah satu memoar batinku. Sungguh aku tak mampu dan tak mau mengirimkannya padamu. Biarlah kau tiada tahu, karena aku takut bersebab kata ini, perasaanmu berubah padaku.
Pagi hari aku terbangun dari mimpi indahku. Ku buka hp dan kudapati pemberitahuan menarik di berandaku. Kau berulang tahun hari ini. Dan aku pun tersenyum. Sungguh, aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan ‘barakallah fii umriki’ yang pertama, namun hal itu urung kulakukan. Aku tersenyum, ternyata selama ini aku salah mengahafal tanggal lahirmu kalo ga salah 8 Sepetember.
Aku ingin menjadi yang pertama yang mengucapnya langsung untukmu, meski mungkin aku bukanlah lentera yang paling bersinar di hatimu. Aku ingin bersegera mengungkapkannya, meski mungkin bukan itu yang kau harapkan di hari spesialmu. Tapi lagi-lagi aku tak mampu, dan tak mau untuk melakukan semua itu.

Dan kau tahu, ketika aku mengintip akunmu, kudapati beberapa lelaki memberi selamat atasmu. Kau tahu, saat itu api cemburu membakarku. Ya, aku cemburu. Tapi sekali lagi, tiadapun rasa itu bisa kupermasalahkan, karena kau bukan siapaku, dan aku bukan siapamu.

Aku cemburu dengan kata yang mampu mereka tuliskan, meski kata itu sederhana. Bukan nyanyian, bukan sajak, bukan puisi, tapi hanyalah kata sederhana yang bersahaja. Aku cemburu, meski mungkin, bukan kata mereka juga yang kau pinta.

Aku ingin memberimu sesuatu yang spesial. Aku ingin menjadi yang spesial di hatimu, aku ingin menjadi lentera paling bercahaya di matamu dengan sesuatu itu. Aku berpikir dan mencarinya, tapi sekali lagi aku menyerah. Kurasa segala yang terlintas di benakku tiada cukup untuk kuberikan padamu.

Rangkaian bunga? Rampaian puisi? Rumbaian sajak? Atau mungkin buku yang menarik bagimu? Ahh, bukan, bukan. Aku urungkan niat untuk memberikannya. Aku takut mawaddah kita tercipta sebelum saatnya. Tapi aku lebih takut, saat kuberikan salah satunya, justru bukan mawaddah yang tercipta, tetapi orok dan nanah yang membuat luka.

Maka, sekali lagi kumantapkan hatiku. Kurasa ada sesuatu yang lebih layak untuk kuberikan. Doa, ya doa. Kulantunkan doa mesra untukNya bagimu. Agar engkau dilindungiNya, agar engkau selalu Dia beri cahaya, agar kau dan aku bisa kembali dipertemukanNya, setidaknya kelak di surga.

Biarlah doa ini kulantun dalam diam, tanpa sepengetahuanmu. Biarlah hanya aku dan Dia yang tahu, seberapa cinta aku padamu.


Rabu, 26 Agustus 2015

Kenangan Sahabat ku



Kukenal dia ketika aku semester awal S1 di fakultas Ekonomi  pada salah satu Universitas Swasta terbesar di kotaB
Nisa,  itulah namanya, kesan pertama yang kudapatkan tentangnya. Subhanallah Allah menganugrahkan keelokan padanya dengan mengindahkan rupanya. Nisa gadis yang sangat cantik, kulitnya putih bersih, wajah yang begitu sempurna dengan tahi lalat di matanya. Bola mata yang indah dengan pancaran kecerdasan yang begitu jelas.

Dia juga sangat wangi, wangi yang sangat lembut, yang sampai sekarang masih mampu kuingat. Penampilannya sama dengan teman-teman kuliahku, jilbab kecil yang dililit atau dipeniti dengan sangat rapi, dia sangat suka menggunakan jilbab merah dan pink, sangat cocok dengan kulitnya yang putih.

Awalnya aku hanya mampu mengaguminya sebagai teman yang cantik dan pintar. Namun aku tak begitu tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Bukannya aku minder, namun pola pikir kami yang kurasa berbeda. Selain itu aku mendengar dari beberapa temanku, kalau Nisa anaknya sombong dan individualis. Padahal kegiatan dikampus terutama di Laboratorium membutuhkan kerjasama dalam team dan kelompok. Ada pula yang mengatakan kalau dia sok pinter dan gak mau disaingi.

Hal ini yang membuatku agak enggan mengenalnya lebih jauh. Hal lainnya karena aku seorang akhwat, selain dunia kampus, akupun disibukkan dengan amanah dakwah dimana-mana dan juga tarbiyah. Membuat waktuku betul-betul terkuras, sehingga kawan yang ku kenalpun hanya mereka yang juga bergelut didunia dakwah yaitu para akhwat-akhwat.

Namun aku kemudian merasa ada yang kurang dengan keseharianku, aku merasa dakwah fardiyah pada teman-teman yang pada dasarnya ku temui tiap hari sangatlah kurang. Padahal setiap harinya ku mengisi liqo dan membuat ta’lim dengan menghadirkan orang-orang yang tak kukenal.

Lalu bagaimana mungkin teman-teman bahkan sahabatku dikampus tak tersentuh dengan dakwahku. Maka kumulai melirik mereka, membuat kajian jum’at dikampus dan akupun bergabung di BEM fakultasku.

Ada yang menarik dalam tiap kajian jumat yang aku adakan. Yah, aku selalu menemukan sosok Nisa di sana. Bahkan terkadang dia datang lebih dulu dari teman-teman yang lain yang notabene akhwat. Satu hal yang ku ingat darinya, dia selalu shalat tepat waktu. Terkadang aku malu, ketika di lab aku kadang begitu antusias melakukan praktikum, sehingga kadang aku mengabaikan azan Dzuhur atau azar, maka Nisa pasti selalu menhampiriku dan membisikkan padaku kalau telah azan lalu mengajakku ke masjid atau ruang shalat di Lab, dan memintaku untuk meletakkan gelas kimia atau pereaksi kimia dari tanganku itu. Nisa, semakin membuatku penasaran.

Aku semakin tertarik mengenalnya lebih dekat, Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan mengenalnya lebih jauh. Pada suatu semester baru, aku ditempatkan satu kelompok dengan Nisa. Kelompok praktikum untuk matakuliah yang sangat susah dan membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan laporan dan tugas. Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan tiap hari tugas itu di rumah Nisa, yang kebetulan mempunyai referensi buku yang lumayan banyak. Jadilah aku tiap hari kerumahnya. Nisa gadis yang sangat bersih, rapi, dan teratur. Aku malu jika membandingkan kamarku dengan kamarnya, hehe.. aku berantakan, dan seenaknya meletakkan barang, tapi Nisa, dia bahkan melipat tiap kantong pelastik di rumahnya dan menyimpannya pada kardus kecil, sangat rapi.

Nisa mempunyai seorang kakak laki-laki, itu aku tahu ketika melihat foto keluarga pada bingkai kecil di kamarnya. Nisa tinggal berdua dirumah itu dengan kakaknya, sedangkan orangtuanya tinggal dikampung. Namun ketika ku tanyakan tentang kakaknya, dia terlihat murung, dia cuma mengatakan kalau kakaknya tidak begitu dekat dengannya. Akupun tak mau terlalu mendesaknya untuk bercerita, aku tak mau membuatnya tak nyaman.. Namun aku cukup terkejut ketika tak sengaja aku melihat belasan botol obat didalam lemarinya, ketika kutanyakan, dia cuma tersenyum dan mengatakan hanya vitamin biasa.

Aku dan Nisa semakin akrab sejak semester itu, dan sejak itu tak jarang dia curhat padaku. Tentang semuanya, tentang teman-temanya yang menganggapnya sombong, tentang keluarganya, tentang pacar-pacarnya, aku termasuk akhwat yang tak suka mendoktrin teman-temanku tentang larangan pacaran, kubiarkan mereka bercerita padaku tentang itu, lalu aku mengikuti tiap perkembangan hubungan mereka, sehingga akupun mendapat kepercayaan mereka, barulah ketika mereka mulai bermasalah dengan pacarnya atau mempertanyakannya pendapatku tentang pacaran, baru aku menyelipkan nasihat-nasihat tentang itu, sehingga obrolan yang pada dasarnya nasihat itu lebih berkesan diskusi atau curhat buat mereka dan aku tak sok menggurui, dan tak sedikit akhirnya temanku memutuskan pacarnya dengan trik seperti ini hehe.. tapi ini rahasia yah..

Hingga suatu hari, pada awal semester baru lagi, aku dan Nisa sepakat untuk memprogram matakuliah yang semester lalu belum kami ambil, jadinya kami berdua harus kuliah denga yunior. Kuliahpun kami pilih hari sabtu pagi sebelum kuliah bahasa arab, hari yang bebas parktikum untuk kelas kami. Nisa punya kebiasaan untuk janjian denganku pada malam sabtunya lewat sms, dia akan menanyakan apakah aku akan ikut kuliah besok? Jika tidak, diapun malas untuk datang… hemm kebiasaan buruk, tapi juga wajar, mana ada yang betah kuliah dengan yunior

Suatu pagi dihari sabtu, selepas kami kuliah, sambil menunggu dosen dan teman-teman yang belum datang, kuliah berikutnya yaitu bahasa arab, aku duduk berdua dengan Nisa di depan kelas. Ruang kuliah sangat sepi, hanya ada aku dan Nisa yang datang cepat karena ada kuliah pagi. Waktu itu langit sangat mendung, bahkan gelap, pertanda hujan deras akan segera mengguyur kota M siang itu. Ada yang berbeda dari Nisa yang biasanya ceria, pagi itu dia diam dan sedikit murung, matanya sembab sangat jelas dia baru saja menangis. Aku lalu bertanya padanya ada apa? Dia hanya diam, dan menggeleng, akupun mendesaknya untuk bercerita. Hingga akhirnya dia lalu menyingkap roknya dan memperlihatkan betisnya. Allah, aku terkejut, begitu banyak memar di betisnya, lalu dia memperlihatkan lengannya, kulit putihnya kini berhiaskan lebam-lebam biru kehijauan. Ada apa denganmu teman?

Dia lalu bercerita, kalau sejak kecil dia menderita Epilepsi (ayan), jika penyakitnya kumat, kepalanya seakan dialiri jutaan watt listrik, begitu sakit sehingga jika dia tak tahan sakitnya, diapun kejang-kejang tak sadarkan diri, dia baru saja tadi pagi kambuh di kamar mandi ketika sedang mencuci, beruntung kakaknya masih di rumah, sehingga dia segera tertolong.

Semua badannya lebam dan memar karena terbentur tembok dan barang-barang saat kejang-kejang. Dia bercerita sambil menangis, dia harus menelan puluhan tablet penenang tiap harinya, yang jika terlambat sedikit saja dia konsumsi, akan membuat penyakit epilepsinya kambuh. Selain itu, tekanan dan kecapaianpun dapat menyebabkannya kumat. Dia malu jika penyakitnya kambuh ditengah banyak orang, bagaimana jika auratnya terbuka ketika dia tak sadarkan diri ketika kejang, dan itu telah sering terjadi. Dia lelah, kadang dia mempertanyakan kepada Allah, kenapa mesti dia yang mengalaminya, dia punya banyak cita-cita, ingin mempunyai apotek, ingin bekerja di Balai POM, dia ingin segera menikah dan punya anak. Namun ketika ia menyadari Epilepsi yang dideritanya dapat merenggut nyawanya kapan saja, dia lalu menangis dan sangat sedih.

Lalu kembali pertanyaan itu hadir, kenapa harus dia? Kenapa bukan orang-orang yang selama hidupnya hanya berbuat sia-sia dengan maksiat? Kenapa bukan orang yang tak menghargai hidupnya yang selalu ingin bunuh diri hanya dengan masalah picisan? Aku ingin lebih baik, masih banyak hal yang ingin aku capai.

Dia mengatakan padaku satu hal yang tak akan pernah kulupakan. “Aztri, kamu tahu? Kenapa selama ini begitu masuk azan, aku akan bergegas shalat, karena aku takut, jika aku menunda shalatku,lalu kemudian ternyata Allah membuat penyakitku kumat, dan lalu aku mati sebelum menunaikan shalat. Penyakitku bisa kambuh kapan saja, itu berarti aku dapat diambilNya kapan saja” katanya dengan isak tangis.

Sungguh, pemikiran yang sederhana, namun mampu menghempaskanku ke titik nol. Aku yang begitu paham makna takdir dan ajal, namun tak pernah memikirkan dengan begitu nyata. Aku kadang berfikir Ajalku masih sangat jauh, bahkan kadang tanpa aku sadari aku merasa hanya orang lain yang akan mengalami kematian. Bukan, bukannya aku tak percaya ajal, tapi ada kalanya kita begitu tenggelam dengan dunia sehingga kemudian melupakan tamu yang dapat datang kapan saja itu.. ajal… kematian..

Lalu Nisa pun mengatakan padaku, “Aztri, aku takut mati, aku takut tak mampu mempertanggung jawabkan perbuatanku selama hidup ini. Apa yang harus kukatakan pada Allah nanti. Aku mau mati dalam keadaan terbaikku, tapi bagaimana jika penyakitku kumat di kamar mandi, seperti tadi pagi? Aku tak mau mati di kamar mandi, tempat yang kotor, bagaimana jika aku dalam keadaan aurat yang terbuka, aku malu menemui Allah dengan keadaan seperti itu. Bagaimana jika Allah mengambilku ketika aku serangan dan aku tak mampu menyebut namanya karena dalam keadaan tak sadar? Aku tak mampu menahan air mataku, akupun ikut menangis. Baru kali itu aku merasa kematian begitu dekatnya. Tanpa sadar dalam hati aku berdoa “Ya Rabb, penguasa Alam semesta, berilah akhir yang baik pada kami..”

Sejak itu aku semakin dekat dengan Nisa, dia pun mulai mengikuti tarbiyah, dia mulai memanjangkan jilbabnya, yang tadinya dia lilit, kini dia mulai menutupkan ke dadanya. Kemana-mana aku bersamanya. Teman-temanpun heran melihatnya, bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba akrab dengannya.

Pada suatu sabtu pagi, aku ke kampus seperti biasa, hari ini ada kuliah dengan Nisa, namun yang aku herankan, sejak semalam aku menunggu sms Nisa, tapi tak ada satupun, akupun meng smsnya apa dia mau kuliah atau tidak, namun smsku pun tak dibalas sejak subuh. Aku pikir mungkin pulsanya habis. Sesampaiku di kampus, aku baru tahu kalu sabtu itu ada wisuda, jadi semua kegiatan perkuliahan di tiadakan. Aku mencari Nisa ke mana-mana, dari kelas ke kelas, ku tanya pada teman-teman apa ada yang melihatnya. Namun tak satupun yang melihatnya pagi itu. Aku lalu berfikir mungkin dia sudah tahu hari ini kuliah diliburkan maka dia tak datang kekampus. Aku pun pulang tanpa memikirkannya lagi.

Namun pada pukul 10 malam. tepatnya malam ahad, ketika aku sedang berkumpul dengan keluargaku, tiba-tiba telpon pun bordering, aku mengangkatnya tanpa prasangka apa-apa. Namunternyata yang menelpon adalah temen kuliahku, dia memberitakan berita yang seketika mampu melemaskan semua persendianku.. Nisa meninggal dunia, entah jam berapa, namun mayatnya baru ditemukan tadi jam 09.00 malam dalam keadaan kaku dan membiru, tertelungkup di kamarnya. Seolah aku tak berpijak di bumi, langit di atasku seolah runtuh.

Selanjutnya aku langsung menuju kerumahnya ku tahan air mataku seolah ini hanyaberita bohong, aku masih berharap menemukan Nisa di rumahnya dan menyambutku di depan pintu dengan senyuman seperti biasa. Namun sesampaiku disana, lorong ke rumahnya telah penuh dengan kerumunan warga setempat, raungan serine ambulans sejak tadi terdengar. Kusingkap kerumunan, orang-orang yang mengenalku dekat dengan Nisa segera memberiku jalan, bergegas ku ke ambulansnya, dan kutemukan sosok yang sangat kusayangi, sahabatku Nisa dalam balutan selimut, tubuhnya kaku dengan posisi tak biasa, wajahnyatelah membiru dan bengkak. Allah, apa yang dia khawatirkan terjadi. Nisa sahabatku, ada apa denganmu? Kenapa jadi begini?

Badanku tiba-tiba limbung di depan pintu ambulans, sebuah tangan menangkapku sambil membisikkan istigfar ke telingaku, ternyata dia salah seorang akhwat temanku dikampus. Dibimbingnya aku ke kamar Nisa, ku dapati kamarnya berantakan tak rapi seperti biasa, kertas berhamburan dimana-mana, obat-obatnya berserakan dimana-mana. Salah seorang temanku menceritakan padaku. Nisa baru ditemukan kakaknya tadi ketika dia pulang pukul 09.00 malam, tak ada yang tahu pukul berapa Nisa meninggal namun jika melihat kondisi kamarnya, dimana lampu yang masih menyala dan tirai yang masih tertutup, kemungkinan dia meninggal kemarin malam, hari itu dia sendiri di rumah, tak ada yang menemaninya. Barulah ketika kakaknya pulang pukul 09.00 malam dia menelpon dan HPnya berbunyi di kamarnya, tapi Nisa tak mengangkatnya. Dan di temukan Nisa telah kaku dan membiru..

Allah… bagaimana mungkin secepat ini, sempatkah ia menyebut namaMu? Betapa sakitnya sakaratul maut yang ia rasakan, dan dia menghadapinya sendiri, Rabb adakah namaMu dia ucapkan? Baru saja kurasa mengenalnya, baru saja dia mengatakan ingin mengenal islam lebih jauh, beru kemarin ku rasa dia mengatakan ingin menggunakan jilbab lebar sepertiku. Masih dapat ku ingat dengan jelas ketika aku bermain ke rumahnya, dia minta aku meminjamkan jilbab hitam lebar yang aku gunakan saat itu sebentar saja.

Dia memakainya berdiri di depan cermin dengan senyuman yang sangat manis, Nisa begitu cantik dengan jilbab lebar yang aku pinjamkan padanya. Lalu dia memperagakan wajah malu-malu katanya jika ada ikhwan yang mengkhitbahnya, dia akan mengangguk malu seperti ini. Aku tertawa terpingkal-pingkal saat itu, namun sekarang ketika mengingatnya malah yang kurasakan perih yang amat sangat, di sini, di hatiku..

Teman membisikkan kalau ambulans yang mengantar jenazah menuju ke kampung halamanya akan segera berangkat, Nisa akan dikebumikan di kampungnya, kami pun berkumpul di sekitar ambulans mengantar kepergian Nisa. Melihatnya untuk terakhir kalinya. Serine segera menggelgar, memecah keheningan malam saat itu. Ambulans yang berisi jasad Nisa telah pergi, Nisa tak ada lagi, namun di sini di hati ini dia tetap ada. Semangat hidupnya menjadi kekuatanku, Nisa sahabatku yang cantik, selamat jalan. Sampaikan salamku pada Rabb kita, Aku yakin niatmu yang tulus telah terukir dengan indah di buku amalanmu. Tersenyumlah kawan, kau begitu cantik dengan senyummu.

Tunggu aku, akupun pasti akan menyusulmu, di sana di JannahNya.. pergilah..
Kulepas kau dengan ikhlas.. Dengan Senyum..
jalan yg panjang nanar kau tatap
tak lagi peduli semua yg terjadi
smakin dalam larut angan mu melayang
mimpimu hadirkan semua penantian
dengan apa aja kau bernyanyi
akhirnya kau pun pergi… tak kembali
tiap haru kuhanya sanggup mengingat
jelas bayangmu yg masih melekat
dalam kecewa ku hanya mampu katakan
tetaplah tersenyum karena itu jalan
yang kau telah kau pilih……
terbanglah……terbanglah…..bersama pelangi
banyak sudah kisah yg tertinggal
kau buat jadi satu kenangan
seorang sahabat pergi tanpa tangis arungi mimpi
slamat jalan kawan cepatlah berlalu
mimpi mu kini tlah kau dapati
tak ada lagi seorang pun yang menggangu kau bernyanyi
slamat jalan kawan cepatlah berlalu
mimpi mu kini tlah kau dapati
tak ada lagi seorang pun yg mengganggu kau bernyayi..

ღ☆ღ UNTUKMU ღ☆ღ



Tahukah kamu ................
♥ Pria terindah di mata wanita bukanlah yang paling tampan raut wajahnya, melainkan yang paling menawan keimanan dan budi pekertinya..
♥ Pria terjantan di hadapan wanita bukanlah yang paling berani mengungkap kata cinta, melainkan yang paling berani menemui wali sang hawa untuk meminangnya..
♥ Pria teromantis di hati wanita bukanlah yang paling mesra mengungkap kata cinta,
melainkan yang berani mempertanggungjawabkan kata cinta di hadapan ALLAH dengan berazam untuk menghalalkannya..
♥ Pria tergagah di hadapan wanita bukanlah yang paling kekar tubuhnya, melainkan yang mampu bertanggungjawab menopang keluarga..
♥ Pria terkaya di angan wanita bukan hanya terbanyak hartanya, melainkan yang kaya hatinya sehingga pandai bersyukur atas segala karunia-Nya..
♥ Pria terpandai di benak wanita bukanlah yang paling banyak ilmunya, melainkan yang paling peduli untuk membimbing kepada jalan yang diridhai-Nya..
♥ Pria paling dermawan di hadapan wanita bukanlah yang paling banyak sedekahnya, melainkan yang paling perhatian memenuhi kewajiban keluarga..
Akhi..
Sejatinya nilai diri kaum pria bukan hanya karena tampan, jantan, romantis, gagah, kaya, pandai dan dermawan namun sejauh mana ia mampu mengasah keimanan dan perilakunya agar lebih menawan.
Kaum pria begitu berharga jika ia mampu mempertanggungjawabkan segala ucapan dan perbuatan di hadapan ALLAH Yang Maha Menyaksikan
InsyaALLAH

Jangan menunggu ..............





12 kata “JANGAN MENUNGGU” yg perlu dihindari :
1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum,tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.
2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah,tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.
3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak,tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.
4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan ….
5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tâÞi pahamilah orang itu,maka orang itu paham dengan kamu.
6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis.tapi menulislah,maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.
7. Jangan menunggu proyek baru bekerja,tapi bekerjalah,maka proyek akan menunggumu.
8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai,tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.
9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang,tapi hiduplah dengan tenang.Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang lainnya.
10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.
11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah,maka bertambah kesuksesanmu.
12. Jangan menunggu bisa baru melakukan,tapi lakukanlah! Maka kamu pasti bisa!
Dan … Jangan menunggu lama lagi untuk mengamalkan spt yang ada dalam tulisan ini kepada semua orang yang anda kenal … sehingga kita semua tersadar ….

Iya ...untuk kamu .....


Untuk Kamu Cinta Itu

 

Cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi, . . .

Memberi banyak kehidupan, . . . Membuat orang ingin tahu, . . . Dan tiap orang pasti mengalami cinta, . . .

Cinta itu keikhlasan, . . . Cinta itu Kemauan, . . . Cinta itu saling mengerti, . . .

Cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati, . . .
Jadikan cinta litu indah dihatimu, . . . Karena cinta bisa seindah yang kau mau, . . .
Aku mencintaimu

Dalam segala kurang dan lebihmu, . . . Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu, . . .

Akhu… rr

Kisah ......




Kisah Kasih Kita


Jika cinta itu masih kau tanamkan, jangan biarkan ia layu…

Jika masih ia engkau rindukan, jangan biarkan ia dalam kesepian…

Jika engkau masih ia engkau harapkan, maka jangan biarkan ia sendiri dalam penantian..


  Tunggulah ia, hingga saat ia akan kembali…

   Kenanglah ia, walau hanya derita yang kau rasa saat bersamanya…

   Jikalau engkau tau, bagaimana ia sangat mencintaimu…

   Jikalau engkau tau, bagaimana ia sangat mendambamu…


Kenanglah aku, yang akan setia menantimue….

Sabarlah menunggu, karna hati ini akan jadi milikmu…


hei kamu … Tiada kata yang mampu ku ucap selain hanya kata maaf !!


Mungkin buatmu itu tak ada arti, tapi buatku sungguh berarti !.

Kamu ..........




ςιητa kita slαlυ αdα dιhατι




image
     

 τακ mυdαh υητυκ mεmαhαmι sεbυαh hατι, τακ mυdαh hατι υητυκ dιραhαmι…

     βεgιτυ lαh κιrαηγα ςιητα sαατ βεrsεmι… ςιητα ιτυ lαγακηγα αηgιη, καdαηg ια βεrhεmβυs mεηυsυκ κε τεlιηgα sαατ ια mυlαι βεrβιsικ…

ςιητα ιτυ lαγακηγα αιr, mεηgαlιr dαrι mατα dαη τυrυη κε hατι…

       Μυdαh τεrκαdαηg υητυκ βιlαηg ςιητα, ταρι sεmυα ςιητα ιτυ sεmυ. Sεβεlυm κιτα mεηgικατ ταlι sακrαl, καrηα sεjατιηγα ςιητα ιτυ hαηγα ςιητα κεραdα Robbal Izzati.

    Adα… sαατ ιτυ ια dιαm, dαη βιβιr ιηι mυlαι ρεrlαhαη υητυκ βιςαrα. Ακυ mεηgυταrακαη ιsι hάτι, dαη ακυ sεjεηακ τεrdιαm, mεηυηggυ ια υητυκ mεηjαωαβ.

     Lαmα ωακτυ τακ mεmβυατκυ rεκαηg, ακυ ακαη sετια. Jικα mεmαηg ςιητα ιτυ υητυκκυ, ακυ γακιη εηgκαυ ακαη τεrsεηγυm lαgι βυατκυ. τεrτατιh καdαηg ιηgιη κυ τεrjατυh, ταρι ακυ τετάρ τεgαr υητυκmυ dιsιηι.

     ωακτυ ακαη sεηαητιαsα mεηεmαηι dαlαm ρεrjαlαηαηκυ mεrαιh ςιηταηγα. ραηjαηg !.ραηjαηg ρεrjαlαηαη ςιητα κιτα. Ηιηggα sαmραι κιηι mαsιh ακυ mεηgiηgατηγα.

     Ματα τακ lεlαh υητυκ mεmαηdαηg, βεgιτυ lαh ια ακαη βαηγακ βεrκεdιρ. Jαητυηg τακ lεlαh υητυκ βεrdετακ, βεgιτυ lαh ια ακαη βεrηαfαs. Hατι τακ lεlαh υητυκ mεηςαrι, βεgιτυ lαh ια sεlαmαηγα ακαη mεηςιηται. Kακι ιηι ακαη τεταρ mεlαηgκαh, καrηα βεgιτυ lαh ακυ τακκαη βεrhεητι mεmβυατmυ τεrsεηγυm.

     Iζιηκαη ακυ υητυκ mεηεmαηιmυ, mεηjαgαmυ, dαη mεηςιηταιmυ hιηggα ακhιr ωακτυ. Jικα εηgκαυ τεrjατυh ιζιηκαη ακυ υητυκ mεηjαdι rαητιηg γαηg βιsα καυ ρεgαηgι, jικα καυ lεlαh βιαrκαη lαh ακυ υητυκ τεταρ mεrαηgκυlmυ. Dαη βεrsαηdαrlαh dιρυηdακ mυηgιlκυ dεηgαη sεηγυmαη τιριsmυ…


          βγ; αllγαzειzγ.